I was standing in front of a door
I was afraid to open it….
Didn’t know what I will find behind it
Didn’t have the guts to take the chance…
So I close my eyes…
And pretend I didn’t see..
Suddenly I feel the wind breeze…
No.. it wasn't breezing…
It was dancing…
In a rhyme…
It was trying to tell me something…
In a way…
A magical moment, that puts everything in a slow motion…
Trying to pursue me and seduce me
“Open it… trust ur heart.. Open it…”
Whispering... shouting... over and over again..
I try hard to ignore the voices…
But it gets louder and louder…
I cant resist..
So I touch the door handle..
And open it…
There you were…
Standing in front of me with a smile…
A warm smile that shines like a sun…
I stood there…
Numb….
Watching your steps…
Seeking for answers...
Suddenly I smile…
And the wind is dancing again…
In a way…
A magical moment, that puts everything in a slow motion…
Kamis, 06 November 2008
Rabu, 18 Juni 2008
CERITA MYO (bag.16)
Lalu Fajar bertemu Myo. Jelas saja dia menganggap Myo sama persis dengan cewek-cewek yang lain.
Mata Myo terlalu berbinar ketika melihat dirinya. Senyumnya juga mengembang terlalu lebar. Dan satu lagi, cewek itu mudah sekali dirayu!
Sebenarnya Fajar sudah mulai bosan dengan Myo. Mestinya dia meninggalkannya begitu saja dengan alasan seadanya. Tapi semakin mengenal pribadi Myo, dia semakin ngeri.
Cewek itu seperti sebuah benteng yang dibuat dari tumpukan kartu. Sekali dorong, benteng itu pasti hancur berantakan.
Myo memang tidak pernah bercerita tentang kenapa dia menangis ketika bertemu dengan dirinya di Starbuck. Fajar juga menghindari untuk bertanya kenapa dia begitu.
Tapi yang jelas, jujur saja cewek itu mengingatkannya pada dirinya sendiri dulu. Lugu, polos, penggugup dan selalu berusaha untuk tidak merepotkan orang lain.
Dan tangisannya itu, jelas tangisan patah hati.
Fajar memang kini sudah membeku, tapi dia tidak bisa menyakiti orang yang sifat dan keadaannya sama persis seperti dirinya sendiri.
Myo membuatnya tergoda bermain hati.
Selasa, 17 Juni 2008
Cerita Myo (bag.15)
Tepat pada hari itu, Fajar berencana menembak Lyla di konser James Blunt, musisi favorit Lyla. Tapi entah kenapa, Lyla malah memaksanya untuk pergi ke Plaza Senayan. Ternyata di sana Lyla memang sengaja menemui Kian dengan tujuan membuat mantannya itu kesal.
Hari itu hati Fajar hancur dan tidak akan pernah kembali utuh. Rasa cintapun tidak pernah mampir lagi di diri Fajar yang membeku.
Lalu dia berubah menjadi orang yang seenaknya.
Seenaknya saja mengumbar pesonanya kemana-mana...
Seenaknya saja membuat banyak cewek jatuh cinta dengan tatapan seperti pisau, aura lampu disko dan rayuan angin sepoi-sepoi...
Seenaknya saja bikin patah hati cewek-cewek yang mengaku mencintainya....
Fajar menikmati saat para cewek terlihat begitu desperate karena memohon cintanya. Dia juga tersenyum saat dia tahu mereka tak bisa menolak pesonanya. Fakta-fakta itu jelas meningkatkan harga dirinya sampai ke langit ketujuh.
Ketika Fajar melakukan itu semua, dia memilih untuk tidak bercerita banyak tentang dirinya. Hal itu penting agar hatinya selalu dalam keadaan aman. Dia tahu betul kalau "curhat" itu berbahaya. Fajar memang tidak mau lagi bermain hati. Semua masa lalunya disimpan di dalam sebuah kotak di hatinya dan hanya dirinya saja yang boleh tahu.
Cerita Myo (bag.14)
Gara-gara Fairy, Myo jadi semakin dekat dengan Fajar. Cewek bodoh itu jadi semakin berusaha berkonsentrasi untuk semakin jatuh cinta pada Fajar.
Memang, sih, hal itu wajar-wajar saja. Tapi masalahnya, obyeknya itu yang salah. Menelpon Fajar sama saja menyorongkan umpan ke mulut buaya.
Well, Fajar bukan buaya lagi, melainkan Kingaya alias rajanya buaya.
Dalam satu bulan, Fajar bisa berganti pacar 20 kali. Dengan alasan dia mudah bosan. Tapi hebatnya ketika dia melakukan itu, wanita-wanita itu tidak sakit hati.
Fajar memang mudah membuat wanita manapun jatuh cinta dengan pandangannya yang tajam seperti pisau dan aura seperti lampu disko.
Tapi Fajar bukan penjahat. Dia jadi playboy karena patah hati berat. Dari dulu Fajar memang sudah ganteng, hanya saja dia super lugu. Pada saat itu, memang banyak cewek yang mendekatinya, tapi dia hanya digunakan sebagai alat untuk dipamerkan. Sebut saja, menemani kakak kelasnya kondangan, sebagai gandengan ke prom night atau untuk memanas-manasi mantan atau gebetan seseorang.
Dia diperlakukan seperti barang, bukan manusia.
Padahal Fajar juga punya hati. Dia bisa saja jatuh cinta ketika disuruh menemani kondangan, digandeng kesana kemari atau berdansa ketika prom night.
Tapi cewek-cewek itu seperti tidak tahu. Mereka hanya senang ketika Fajar diam. Ketika Fajar bicara mereka jadi ilfil. Menurut mereka, Fajar terlalu bodoh dan lugu. Jadi sebaiknya dia diam saja agar tetap ganteng.
Diam seperti pajangan yang bodoh.
Itu semua belum apa-apa. Mimpi buruk Fajar terjadi dua tahun yang lalu.
Dua tahun yang lalu dia patah hati berat. Dia jatuh cinta pada salah satu cewek yang menggunakannya untuk memanas-manasi mantan pacar. Cewek itu namanya Lyla. Iya, Lyla... seperti judul lagu.
Lyla terobsesi dengan mantan pacarnya, Kian. Dia berkali-kali minta balik namun selalu ditolak. Terang saja mantan pacarnya begitu, dia itu playboy sejati.
Mana ada playboy sejati yang suka dikejar-kejar. Playboy sejati hanya mau mengejar. Bagi mereka cewek desperate itu sangat membosankan. Lebih membosankan dari lomba nyanyi seriosa. Jadi percuma saja Lyla menangis dan memohon padanya.
Saat itu Fajar yang seperti patung mendengarkan semua curhatan Lyla dan jadi jatuh cinta. Sampai suatu saat tanpa disadarinya, Lyla "meminjam" dirinya untuk membuat mantannya "terbakar".
Aksi Lyla berhasil. Kian memang terbakar. Begitu terbakar hingga gosong.
Playboy mana yang rela mantan pacarnya yang desperate gandengan dengan cowok yang 100X lebih ganteng dari dirinya?
Jadi ketika itu terjadi, Kian langsung menarik tangan Lyla dan menciumnya dengan kasar di depan banyak orang!
Fajar gantian terbakar melihat cewek yang dicintainya diperlakukan begitu kasar dan tidak hormat. Emosinya meningkat drastis hingga membuat asap keluar dari ubun-ubunnya. Fajar pun menghajar Kian membabi buta.
Tapi bukan terima kasih yang diterimanya dari Lyla. Lyla malah menghajarnya balik dengan kursi sambil memaki-makinya dirinya di depan banyak orang.
Fajar babak belur. Tapi keadaan hatinya jauh lebih parah. Hatinya pecah dan pecahannya berserakan di mana-mana.
Kamis, 12 Juni 2008
CERITA MYO (bag.13)
Sebenarnya feeling Myo hampir sama dengan Fairy. Tapi dia memilih untuk tidak mendengarkan suara hatinya yang berteriak-teriak untuk menyingkir dari Fajar.
Myo kini memang tidak percaya dengan suara hatinya sendiri. Dulu dia percaya 1000% kalau seseorang bisa dilihat hanya dari penampilan luar, kemasan, cover, pembungkus atau sampulnya. Tapi setelah dia salah menilai selama 4 tahun, akhirnya dia kapok!
Penampilan luar, kemasan, cover, pembungkus atau sampul memang tidak bisa menentukan apakah isinya bagus atau tidak. Itu pelajaran yang Myo ambil. Tapi bodohnya gara-gara itu dia memilih untuk tidak mendengarkan kata hatinya sama sekali. Kalau hatinya bisa menangis, mungkin dia akan berbisik "Kacang... kacang..."
Tapi Myo sudah membulatkan tekad. Kali ini dia akan mengerjakan segala sesuatunya berbeda dari dirinya yang dulu.
Senin, 09 Juni 2008
CERITA MYO (bag.12)
"Myo, aku enggak suka sama Fajar!"
"Hah? Kenapa?"
"Aku feeling dia itu playboy! Dari pertama kali aku ngeliat dia, aku udah tahu dia itu playboy! Playa!"
"Kenapa kamu bilang begitu?"
"Lihat, dong! Cara dia bicara... cara dia bersikap! Gombal... gombal... gombal!
Terus tangannya itu, main peluk-peluk aja! Terus, kamu bisa aja lagi dibegoin sama dia!"
"Peluk? Eh, tunggu, deh! Kapan kamu pernah lihat Fajar?A.. aku, kan, belum pernah ngenalin dia sama kamu?"
Fairy tertangkap basah. Dia tidak bisa mengelak. "A.. aku ngebuntutin kamu kemarin.."
Myo tertegun.
"Oke, aku salah! Aku ngebuntutin kamu! Tapi wajar aja aku begitu! Aku khawatir sama keadaan kamu.. habis kamu tiba-tiba pergi dalam keadaan nangis!"
"Kamu enggak usah khawatir, Fei! Aku baik-baik aja..."
"Myo, aku minta kamu hati-hati sama Fajar.. Dia itu terlalu berpengalaman. Aku aja belum tentu bisa lari dari gombalan dia, kamu lagi! Kamu itu, kan, jauh lebih lugu dari aku!"
"Aku udah enggak mau menilai orang dari covernya, Fei! Aku mau belajar untuk enggak ngejudge orang cepat-cepat..."
"Maksud kamu?"
"Belum tentu orang yang kelihatan playboy itu hatinya juga brengsek... Buktinya orang yang kelihatan alim sikapnya bisa lebih parah dari playboy..."
"Maksud kamu, Rossi?"
Lagi, sekali lagi Fairy menyebut nama Rossi.
Lagi, sekali lagi Myo menutup kupingnya sambil meringis.
Fairy memang tidak pernah bisa mengontrol ucapannya. Mulutnya los seperti benang layangan. Dia berulang kali membuat Myo teringat pada mantannya yang super alim tapi memiliki hati super kejam dan tidak berperasaan itu.
Mestinya mulut Fairy diplester atau volumenya di "mute" saja, sehingga dia tidak perlu mengatakan hal-hal yang membuat hati Myo meradang. Tapi jangan salah kira, Fairy tidak jahat. Dia hanya ember.
Lalu setelah nama itu disebut, Myo kembali menelpon Fajar.
Kali ini bukan 2 jam, tapi 4 jam.
Minggu, 08 Juni 2008
CERITA MYO (bag. 11)
Fajar duduk sekali di dekat Myo. Terlalu dekat sehingga rasanya semua udara yang harusnya dihirup Myo, dihirup olehnya.
Sebenarnya Myo jelas merasa tidak nyaman duduk sedekat itu dengan seorang cowok. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Lalu, Fajar langsung mengeluarkan rokok dan menyalakannya.
Dan pada semburan asap pertama, Myo langsung terbatuk-batuk.
"Eh, maaf cantik! Gara-gara aku, kamu jadi batuk!"
Myo menggeleng namun masih terbatuk-batuk hebat. Fajar mematikan rokoknya di asbak.
"Kalau kamu enggak suka aku ngerokok, aku berhenti ngerokok..."
Myo jadi tidak enak. Dia memang alergi pada asap rokok, tapi dia merasa bersalah karena batuknya membuat Fajar jadi tidak nyaman. Tapi bagaimana cara menahan batuk? Batuk yang ditahan suaranya akan terdengar aneh, kan? Dan pada saat itu Myo tidak mau terdengar aneh.
"Enggak.. enggak apa-apa, kok!"
Fajar tertawa, "Aku lihat ekspresi wajah kamu, cantik! Kamu enggak suka ngeliat aku ngerokok, kan? Oke, aku janji akan berhenti merokok mulai saat ini"
"Aku enggak begitu, kok, kalau kamu mau ngerokok, ngerokok aja!"
Tapi lalu Fajar memandang matanya dalam sekali. Seperti pisau yang membuat tubuhnya kaku tiba-tiba. Myo jadi salah tingkah.
"Kenapa cantik? Mata kamu kelihatan sembab begitu, sih? Kamu habis nangis, ya?"
Mata Myo memang sembab sekali. Sembab seperti mata orang Korea yang kantung matanya terlalu gendut.
"Mataku memang begini dari dulu..." Sergahnya cepat-cepat.
Fajar lalu tertawa keras,
"Cantik... cantik! Meski aku baru 2 kali melihat kamu, tapi aku enggak bisa lupa mata kamu yang lucu... yang kubil! Mata itu yang selalu aku ingat selama 2 minggu ini!"
Kata-kata Fajar membuat airmata Myo menetes.
"Kamu nangis, cantik? Aku enggak suka lihat kamu nangis... Aku lebih suka lihat senyum kamu..."
Lalu tiba-tiba Fajar merangkul Myo dan Myo tidak kuasa untuk tidak menangis di pelukannya.
Fairy melihat dan mendengar itu semua!
Dia terkejut, jadi itu yang namanya Fajar!
Cowok itu memang menarik sekali, dia seperti lampu disko yang menyala terlalu terang. Tapi selain itu, dia juga perayu berat!
Cewek seperti Myo dipastikan tidak berdaya menghadapi pria seperti Fajar.
He's a real killer!
Fairy lalu panik sendiri. Apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan sahabatnya?
Langganan:
Postingan (Atom)