Kamis, 22 Mei 2008

CERITA MYO (bag.2)


Myo memandang bayangannya sendiri di kaca. Setengah dari dirinya tidak yakin kalau dirinya mampu bertahan dari angin tornado sehebat ini.
Dia mencoba tersenyum, tapi senyum yang keluar malah terlihat seperti orang sakit gigi. Dia mencoba meloncat-loncat agar dirinya bisa semangat, tapi dia malah terjatuh dan terantuk lemari gara-gara tubuhnya terlalu melayang.

Semua orang berusaha membuat Myo untuk keluar kamar. Cewek itu sudah mengurung diri lebih dari satu minggu. Makan saja tidak, paling hebat minum air. Bahkan perutnya sampai kembung gara-gara terlalu banyak minum air. Myo kurus tapi perutnya kembung.

Myo senang berada di dalam kamar. Menurutnya kamar adalah satu-satunya tempat di mana dia bisa menjadi diri sendiri. Hanya di kamar, dia bisa mengaku kalau dia patah hati berat. Meskipun dia hanya berani mengatakannya pada cermin berlis hitam yang tergantung di kamarnya. Tapi dia sudah puas.

Sebenarnya percuma saja dia melakukan itu. Cermin itu tidak bisa mengomentari semua curhatannya. Cermin itu juga tidak bisa berteriak menyuruh Myo keluar kamar dan makan agar perutnya tidak sekembung itu.

Satu minggu lebih Myo tidak mau bertemu siapa-siapa, sampai akhirnya sahabatnya Fairy memaksa masuk ke kamarnya.

Ketika Fairy masuk, Myo berusaha bersikap biasa saja. Dia mencoba terlihat ceria dan menawarkan Fairy apa saja yang bisa dimakan di tempat itu. Meskipun sebenarnya hal ini percuma saja karena di kamar Myo hanya ada satu botol air minum berukuran besar.
Myo berusaha tertawa. Tapi tertawanya maksa sekali. Ketika dia tertawa, tanpa sadar air matanya mengalir sederas air hujan.

Fairy jadi ikut menangis melihat sahabatnya seperti itu. Tapi, dalam tangisnya Myo malah bertanya kenapa Fairy menangis tanpa sebab. Begitu sedihnya Myo, sampai dia tidak tahu kalau dirinya saat itu sedang menangis. Hal ini malah membuat Fairy menangis semakin menjadi-jadi.
Well, sejujurnya, bagiku mereka terlihat seperti dua orang bodoh ketika melakukan itu.

Akhirnya Myo mau juga keluar kamar, dan lebih jauh lagi keluar dari rumah.

Myo merasa asing pada sinar matahari. Rasanya dia merasa terekspos sedemikian hebat sehingga membuatnya tidak punya privasi. Sepertinya matahari selalu mengejeknya dan berteriak "Emang enak jomblo?!!"

Karena itu Myo memutuskan memakai kacamata hitam kemana-mana. Bahkan di saat malam tiba, dia masih tidak mau melepaskan kacamata itu. Dia merasa matahari masih mengintip dan kembali berseru "Emang enak jomblo?!!"(to be continued)

Tidak ada komentar: