Rabu, 18 Juni 2008

CERITA MYO (bag.16)


Lalu Fajar bertemu Myo. Jelas saja dia menganggap Myo sama persis dengan cewek-cewek yang lain.

Mata Myo terlalu berbinar ketika melihat dirinya. Senyumnya juga mengembang terlalu lebar. Dan satu lagi, cewek itu mudah sekali dirayu!

Sebenarnya Fajar sudah mulai bosan dengan Myo. Mestinya dia meninggalkannya begitu saja dengan alasan seadanya. Tapi semakin mengenal pribadi Myo, dia semakin ngeri.

Cewek itu seperti sebuah benteng yang dibuat dari tumpukan kartu. Sekali dorong, benteng itu pasti hancur berantakan.

Myo memang tidak pernah bercerita tentang kenapa dia menangis ketika bertemu dengan dirinya di Starbuck. Fajar juga menghindari untuk bertanya kenapa dia begitu.
Tapi yang jelas, jujur saja cewek itu mengingatkannya pada dirinya sendiri dulu. Lugu, polos, penggugup dan selalu berusaha untuk tidak merepotkan orang lain.
Dan tangisannya itu, jelas tangisan patah hati.

Fajar memang kini sudah membeku, tapi dia tidak bisa menyakiti orang yang sifat dan keadaannya sama persis seperti dirinya sendiri.

Myo membuatnya tergoda bermain hati.

Selasa, 17 Juni 2008

Cerita Myo (bag.15)


Tepat pada hari itu, Fajar berencana menembak Lyla di konser James Blunt, musisi favorit Lyla. Tapi entah kenapa, Lyla malah memaksanya untuk pergi ke Plaza Senayan. Ternyata di sana Lyla memang sengaja menemui Kian dengan tujuan membuat mantannya itu kesal.

Hari itu hati Fajar hancur dan tidak akan pernah kembali utuh. Rasa cintapun tidak pernah mampir lagi di diri Fajar yang membeku.

Lalu dia berubah menjadi orang yang seenaknya.
Seenaknya saja mengumbar pesonanya kemana-mana...
Seenaknya saja membuat banyak cewek jatuh cinta dengan tatapan seperti pisau, aura lampu disko dan rayuan angin sepoi-sepoi...
Seenaknya saja bikin patah hati cewek-cewek yang mengaku mencintainya....

Fajar menikmati saat para cewek terlihat begitu desperate karena memohon cintanya. Dia juga tersenyum saat dia tahu mereka tak bisa menolak pesonanya. Fakta-fakta itu jelas meningkatkan harga dirinya sampai ke langit ketujuh.

Ketika Fajar melakukan itu semua, dia memilih untuk tidak bercerita banyak tentang dirinya. Hal itu penting agar hatinya selalu dalam keadaan aman. Dia tahu betul kalau "curhat" itu berbahaya. Fajar memang tidak mau lagi bermain hati. Semua masa lalunya disimpan di dalam sebuah kotak di hatinya dan hanya dirinya saja yang boleh tahu.

Cerita Myo (bag.14)


Gara-gara Fairy, Myo jadi semakin dekat dengan Fajar. Cewek bodoh itu jadi semakin berusaha berkonsentrasi untuk semakin jatuh cinta pada Fajar.

Memang, sih, hal itu wajar-wajar saja. Tapi masalahnya, obyeknya itu yang salah. Menelpon Fajar sama saja menyorongkan umpan ke mulut buaya.
Well, Fajar bukan buaya lagi, melainkan Kingaya alias rajanya buaya.

Dalam satu bulan, Fajar bisa berganti pacar 20 kali. Dengan alasan dia mudah bosan. Tapi hebatnya ketika dia melakukan itu, wanita-wanita itu tidak sakit hati.
Fajar memang mudah membuat wanita manapun jatuh cinta dengan pandangannya yang tajam seperti pisau dan aura seperti lampu disko.

Tapi Fajar bukan penjahat. Dia jadi playboy karena patah hati berat. Dari dulu Fajar memang sudah ganteng, hanya saja dia super lugu. Pada saat itu, memang banyak cewek yang mendekatinya, tapi dia hanya digunakan sebagai alat untuk dipamerkan. Sebut saja, menemani kakak kelasnya kondangan, sebagai gandengan ke prom night atau untuk memanas-manasi mantan atau gebetan seseorang.
Dia diperlakukan seperti barang, bukan manusia.

Padahal Fajar juga punya hati. Dia bisa saja jatuh cinta ketika disuruh menemani kondangan, digandeng kesana kemari atau berdansa ketika prom night.
Tapi cewek-cewek itu seperti tidak tahu. Mereka hanya senang ketika Fajar diam. Ketika Fajar bicara mereka jadi ilfil. Menurut mereka, Fajar terlalu bodoh dan lugu. Jadi sebaiknya dia diam saja agar tetap ganteng.
Diam seperti pajangan yang bodoh.

Itu semua belum apa-apa. Mimpi buruk Fajar terjadi dua tahun yang lalu.

Dua tahun yang lalu dia patah hati berat. Dia jatuh cinta pada salah satu cewek yang menggunakannya untuk memanas-manasi mantan pacar. Cewek itu namanya Lyla. Iya, Lyla... seperti judul lagu.

Lyla terobsesi dengan mantan pacarnya, Kian. Dia berkali-kali minta balik namun selalu ditolak. Terang saja mantan pacarnya begitu, dia itu playboy sejati.
Mana ada playboy sejati yang suka dikejar-kejar. Playboy sejati hanya mau mengejar. Bagi mereka cewek desperate itu sangat membosankan. Lebih membosankan dari lomba nyanyi seriosa. Jadi percuma saja Lyla menangis dan memohon padanya.

Saat itu Fajar yang seperti patung mendengarkan semua curhatan Lyla dan jadi jatuh cinta. Sampai suatu saat tanpa disadarinya, Lyla "meminjam" dirinya untuk membuat mantannya "terbakar".

Aksi Lyla berhasil. Kian memang terbakar. Begitu terbakar hingga gosong.

Playboy mana yang rela mantan pacarnya yang desperate gandengan dengan cowok yang 100X lebih ganteng dari dirinya?

Jadi ketika itu terjadi, Kian langsung menarik tangan Lyla dan menciumnya dengan kasar di depan banyak orang!
Fajar gantian terbakar melihat cewek yang dicintainya diperlakukan begitu kasar dan tidak hormat. Emosinya meningkat drastis hingga membuat asap keluar dari ubun-ubunnya. Fajar pun menghajar Kian membabi buta.

Tapi bukan terima kasih yang diterimanya dari Lyla. Lyla malah menghajarnya balik dengan kursi sambil memaki-makinya dirinya di depan banyak orang.
Fajar babak belur. Tapi keadaan hatinya jauh lebih parah. Hatinya pecah dan pecahannya berserakan di mana-mana.

Kamis, 12 Juni 2008

CERITA MYO (bag.13)


Sebenarnya feeling Myo hampir sama dengan Fairy. Tapi dia memilih untuk tidak mendengarkan suara hatinya yang berteriak-teriak untuk menyingkir dari Fajar.

Myo kini memang tidak percaya dengan suara hatinya sendiri. Dulu dia percaya 1000% kalau seseorang bisa dilihat hanya dari penampilan luar, kemasan, cover, pembungkus atau sampulnya. Tapi setelah dia salah menilai selama 4 tahun, akhirnya dia kapok!

Penampilan luar, kemasan, cover, pembungkus atau sampul memang tidak bisa menentukan apakah isinya bagus atau tidak. Itu pelajaran yang Myo ambil. Tapi bodohnya gara-gara itu dia memilih untuk tidak mendengarkan kata hatinya sama sekali. Kalau hatinya bisa menangis, mungkin dia akan berbisik "Kacang... kacang..."

Tapi Myo sudah membulatkan tekad. Kali ini dia akan mengerjakan segala sesuatunya berbeda dari dirinya yang dulu.

Senin, 09 Juni 2008

CERITA MYO (bag.12)


"Myo, aku enggak suka sama Fajar!"

"Hah? Kenapa?"

"Aku feeling dia itu playboy! Dari pertama kali aku ngeliat dia, aku udah tahu dia itu playboy! Playa!"

"Kenapa kamu bilang begitu?"

"Lihat, dong! Cara dia bicara... cara dia bersikap! Gombal... gombal... gombal!
Terus tangannya itu, main peluk-peluk aja! Terus, kamu bisa aja lagi dibegoin sama dia!"

"Peluk? Eh, tunggu, deh! Kapan kamu pernah lihat Fajar?A.. aku, kan, belum pernah ngenalin dia sama kamu?"

Fairy tertangkap basah. Dia tidak bisa mengelak. "A.. aku ngebuntutin kamu kemarin.."

Myo tertegun.

"Oke, aku salah! Aku ngebuntutin kamu! Tapi wajar aja aku begitu! Aku khawatir sama keadaan kamu.. habis kamu tiba-tiba pergi dalam keadaan nangis!"

"Kamu enggak usah khawatir, Fei! Aku baik-baik aja..."

"Myo, aku minta kamu hati-hati sama Fajar.. Dia itu terlalu berpengalaman. Aku aja belum tentu bisa lari dari gombalan dia, kamu lagi! Kamu itu, kan, jauh lebih lugu dari aku!"

"Aku udah enggak mau menilai orang dari covernya, Fei! Aku mau belajar untuk enggak ngejudge orang cepat-cepat..."

"Maksud kamu?"

"Belum tentu orang yang kelihatan playboy itu hatinya juga brengsek... Buktinya orang yang kelihatan alim sikapnya bisa lebih parah dari playboy..."

"Maksud kamu, Rossi?"

Lagi, sekali lagi Fairy menyebut nama Rossi.
Lagi, sekali lagi Myo menutup kupingnya sambil meringis.
Fairy memang tidak pernah bisa mengontrol ucapannya. Mulutnya los seperti benang layangan. Dia berulang kali membuat Myo teringat pada mantannya yang super alim tapi memiliki hati super kejam dan tidak berperasaan itu.

Mestinya mulut Fairy diplester atau volumenya di "mute" saja, sehingga dia tidak perlu mengatakan hal-hal yang membuat hati Myo meradang. Tapi jangan salah kira, Fairy tidak jahat. Dia hanya ember.

Lalu setelah nama itu disebut, Myo kembali menelpon Fajar.
Kali ini bukan 2 jam, tapi 4 jam.

Minggu, 08 Juni 2008

CERITA MYO (bag. 11)


Fajar duduk sekali di dekat Myo. Terlalu dekat sehingga rasanya semua udara yang harusnya dihirup Myo, dihirup olehnya.
Sebenarnya Myo jelas merasa tidak nyaman duduk sedekat itu dengan seorang cowok. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Lalu, Fajar langsung mengeluarkan rokok dan menyalakannya.
Dan pada semburan asap pertama, Myo langsung terbatuk-batuk.

"Eh, maaf cantik! Gara-gara aku, kamu jadi batuk!"
Myo menggeleng namun masih terbatuk-batuk hebat. Fajar mematikan rokoknya di asbak.
"Kalau kamu enggak suka aku ngerokok, aku berhenti ngerokok..."

Myo jadi tidak enak. Dia memang alergi pada asap rokok, tapi dia merasa bersalah karena batuknya membuat Fajar jadi tidak nyaman. Tapi bagaimana cara menahan batuk? Batuk yang ditahan suaranya akan terdengar aneh, kan? Dan pada saat itu Myo tidak mau terdengar aneh.

"Enggak.. enggak apa-apa, kok!"
Fajar tertawa, "Aku lihat ekspresi wajah kamu, cantik! Kamu enggak suka ngeliat aku ngerokok, kan? Oke, aku janji akan berhenti merokok mulai saat ini"
"Aku enggak begitu, kok, kalau kamu mau ngerokok, ngerokok aja!"

Tapi lalu Fajar memandang matanya dalam sekali. Seperti pisau yang membuat tubuhnya kaku tiba-tiba. Myo jadi salah tingkah.

"Kenapa cantik? Mata kamu kelihatan sembab begitu, sih? Kamu habis nangis, ya?"

Mata Myo memang sembab sekali. Sembab seperti mata orang Korea yang kantung matanya terlalu gendut.

"Mataku memang begini dari dulu..." Sergahnya cepat-cepat.

Fajar lalu tertawa keras,
"Cantik... cantik! Meski aku baru 2 kali melihat kamu, tapi aku enggak bisa lupa mata kamu yang lucu... yang kubil! Mata itu yang selalu aku ingat selama 2 minggu ini!"

Kata-kata Fajar membuat airmata Myo menetes.

"Kamu nangis, cantik? Aku enggak suka lihat kamu nangis... Aku lebih suka lihat senyum kamu..."

Lalu tiba-tiba Fajar merangkul Myo dan Myo tidak kuasa untuk tidak menangis di pelukannya.

Fairy melihat dan mendengar itu semua!
Dia terkejut, jadi itu yang namanya Fajar!
Cowok itu memang menarik sekali, dia seperti lampu disko yang menyala terlalu terang. Tapi selain itu, dia juga perayu berat!
Cewek seperti Myo dipastikan tidak berdaya menghadapi pria seperti Fajar.
He's a real killer!

Fairy lalu panik sendiri. Apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan sahabatnya?

CERITA MYO (bag.10)


"Myo! Jangan jadiin Fajar sebagai pelarian kamu!"
"Maksudnya?"
"Iya, kamu nelpon Fajar cuma supaya kamu enggak mikirin dia!"
"Dia?"
"Iya, dia! Dia Yang Namanya Tidak Boleh Disebut!"
"Voldemort?"
"Bukan! Rossi!"

Myo terkejut. Dia menutup kupingnya dengan ekspresi yang sedih. "Kenapa kamu sebut nama itu?!"

Fairy menutup mulutnya. Dia tidak sadar telah mengucapkan nama itu. Dia telah berjanji untuk tidak menyebut nama itu lagi di depan Myo selamanya!

Kini air mata Myo membuncah lagi. Raut wajahnya mendung lagi.
Hati Fairy jadi kacau.
Dia yang Namanya Tidak Boleh Disebut itu terlalu brengsek. Namanya bahkan tidak pantas lagi untuk didengar.
Dia yang Namanya Tidak Boleh Disebut telah membuat sahabatnya itu menderita.
Dia yang Namanya Tidak Boleh Disebut itu telah menipu Myo mentah-mentah.
Sebuah kesalahan yang tak pantas dimaafkan.

(PS : Aku capek mengetik Dia yang Namanya Tidak Boleh Disebut.. karena itu kita panggil aja namanya Rossi, deh! Myo tidak tahu ini!)

Fairy benci pada Rossi, lebih benci dari rasa benci Myo pada Rossi.
Karena itu dia ingin bertemu Rossi dan meninju wajahnya. Rossi memang pantas ditinju karena telah menyembunyikan sifat brengseknya di balik wajah alimnya itu.

"Hallo.. Fajar? Ketemu, yuk!"
Fairy menoleh. Itu Myo, sedang menelpon Fajar. Air mata Myo mengalir deras ketika dia mengucapkan itu. Tapi, Myo berusaha agar suaranya tidak terdengar sedang menangis, sehingga suaranya terdengar seperti orang Asma.

Setelah itu Myo pun bergegas pergi menemui Fajar.
Fairy mencoba menahannya karena dia khawatir Myo pergi dalam keadaan yang gamang. Lagipula, setahu dia, selama Myo hidup di dunia, dia tidak pernah mengajak cowok manapun pergi duluan!
It's so not her!

Tapi berkali-kali Myo bilang kalau dirinya tidak apa-apa. Myo bilang dirinya baik-baik saja. Dia pun memasang senyumnya yang paling lebar. Tapi hati Fairy sakit melihat Myo begitu. Hatinya sakit karena telah membuat sahabatnya itu kembali menangis. Dia hanya bisa berharap pertemuan Myo dan Fajar tidak membuat hati Myo semakin hancur.

Fairy pun memutuskan untuk membuntuti Myo!

Well, sebenarnya aku malas melakukan pekerjaan kurang kerjaan seperti ini. Tapi aku penasaran juga mengetahui apa yang akan terjadi pada si bodoh Myo. Maka lalu aku memutuskan untuk mengikuti aksi Fairy, membuntuti Myo!

Itu Myo sedang berdiri di sana, di depan kafe Starbuck dengan badannya yang melayang.

Itu Fajar sedang berjalan bergegas ke arah Myo dengan senyum lebar mengembang di wajahnya.

Lalu saat mereka berdua bertemu, Fajar langsung menarik tangan Myo masuk ke dalam kafe!

CERITA MYO (bag.9)


"Maksud kamu?"
"Iya, ceritain dong, siapa itu Fajar? orang mana, rumahnya di mana, terus apa dia itu tipe cowok yang suka dugem atau gimana?"

Myo tertegun. Itu pertanyaan mudah. Seharusnya dia tahu jawabannya.
Saat itu yang terlintas di benaknya adalah...
Satu. Kenapa dia bisa tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu?
Dua. Kok bisa-bisanya dirinya tidak bertanya apa-apa tentang pria itu setelah menghabiskan waktu 20 jam menelpon?
Tiga. Kenapa Fajar hanya bercerita sedikit sekali tentang dirinya?

Lalu pertanyaan kedua Fairy lebih mengusik dirinya lagi.
"Selama ini, siapa yang lebih sering nelpon? Dia atau kamu?"

Myo tahu pasti jawabannya. Jawabannya adalah Dirinya sendiri A.K.A Myo!
Bandingannya adalah 1: 9. Fajar menelpon sekali, Myo sembilan kali.

Myo baru benar-benar sadar kalau dirinya sudah terlalu agresif selama ini.
Well, Myo tidak bermaksud genit, tapi tangannya selalu otomatis bergerak memencet hape Fajar setiap kali dia menerima SMS dari mantannya.

Ups! Sori, aku baru bercerita tentang ini.
Iya, SMS mantannya itu tidak datang hanya sekali, tapi dua kali, tiga kali, lalu sepuluh kali.

Mantannya itu selalu mengirimkan SMS yang membuat hatinya kacau.

Pertama. I Miss You
Kedua. I Will Always Love You
Ketiga. Suatu saat kita akan bersatu kembali
Keempat. Aku ingin kamu bahagia
Kelima. Aku pengen ketemu kamu
Keenam. Apa kamu mau ketemu aku?
Ketujuh. Aku enggak tahan lihat kamu marah sama aku
Kedelapan. Jangan cuekin aku
Kesembilan. Aku enggak cinta dia
Kesepuluh. Aku terpaksa...

Myo benci SMS-SMS itu. Sepertinya mantannya tidak rela membuat hidupnya tenang. Sepertinya dia ingin Myo selalu dalam keadaan menangis dan menderita selamanya karena sakit yang ditimbulkannya.

Setiap kali mendapat SMS, air mata Myo hampir tumpah. Lalu satu-satunya yang dia ingat hanyalah menelpon Fajar.

Mungkin karena itu pula, dia tidak sadar apa yang dia bicarakan dengan Fajar. Yang dia tahu, pujian-pujian Fajar sukses membuat air matanya tidak tumpah.

CERITA MYO (bag.8)


"Teet.. teet.. teeet"
Itu SMS dari mantannya. Isinya, "Apa Kabar?"
Myo merinding ketakutan. Kenapa mantannya itu masih mencoba menghubunginya? Mau apa dia?

Myo tidak boleh memikirkan orang itu. Myo sedang jatuh cinta dan seharusnya orang itu tidak bisa lagi mengacaukan pikirannya.

Myo mencoba loncat-loncat, lalu berdiri terbalik. Namun pikiran itu tidak juga pergi. Lalu dia mencoba melakukan lebih banyak lagi kegiatan, membersihkan rumah, mencuci, memasak, menggosok dinding (dan pembantunya pun mengalami kejadian super fenomenal- duduk manis di depan tivi satu hari penuh!).
Keringat Myo sudah mengucur deras, tapi pikirannya masih saja berkutat pada mantannya itu. Akhirnya Myo mengambil hapenya dan memutuskan untuk menelpon Fajar.

Untuk pertama kalinya, Myo menelpon cowok duluan. Rasanya aneh. Suara yang keluar pun terdengar aneh. Seperti nenek sihir. Tapi untungnya Fajar menyambut teleponnya dengan suka cinta.

"Hai Myo! Aku enggak nyangka kamu mau nelpon aku! Aku baru aja mau telpon kamu, kok bisa barengan begitu?"
"Be.. begitu?" Parau sekali suara Myo!
Kata-kata Fajar membuat hati Myo tenang.
"Kamu lagi ngapain?"
"Aku? Aku lagi ngapain? Eh, abis beresin rumah.."
"Serius? Kamu rajin banget, ya! Hm, calon istri yang baik, nih!"
Wajah Myo merah padam. Rasanya di kakinya ada jet yang membuatnya terbang menerobos langit-langit. Dia GR sekali!
Namun, dalam keadaan super GR, kata-kata yang bisa keluar dari tenggorokannya hanya, "Be.. begitu?"

Dasar Myo bodoh!

Fajar memang pria yang pintar bikin hati Myo senang. Myo merasa nyaman sekali bicara dengan orang itu. Bicara dengan Fajar seperti main ayunan di pagi hari dengan angin sepoi-sepoi yang menghembus dan membuat rambutmu menari. Nyaman sekali... sejuk sekali...
Rasanya Myo bisa tertidur pulas dengan suara Fajar yang masih terdengar di hapenya.

Karena itu pula, Myo jadi ketagihan menelpon Fajar.

Bukan cuma sekali, tapi dua kali, lalu tiga kali dan berkali-kali sampai tagihan pulsa membengkak.

Apakah Myo jatuh cinta? Myo tidak tahu.
Yang jelas sehabis menelpon Fajar, Myo seperti mendapat dopping. Senyumnya mengembang lebar sekali. Myo pun jadi senang bernyanyi-nyanyi sendiri. Kali ini dengan suara yang tidak parau.

Sebenarnya topik obrolan yang dibicarakan Myo dan Fajar topiknya selalu tidak penting. Suatu waktu mereka membahas tentang makanan favorit Myo lama sekali. Di waktu yang lain mereka membicarakan tentang hobi baru nenek Myo. Lain kali lagi, mereka berbicara tentang laptop Myo sampai 3 jam.

Myo tidak sadar kalau semua topiknya selalu tentang Myo! Mereka jarang sekali membicarakan tentang Fajar.

Selama 2 minggu kenalan dan 10 kali menelpon yang masing-masing berdurasi 2 jam, Myo hanya dapat sedikit sekali info tentang Fajar.

Tapi Myo tidak sadari itu sampai suatu kali Fairy datang dan meminta Myo bercerita tentang siapa itu Fajar.