Senin, 09 Juni 2008

CERITA MYO (bag.12)


"Myo, aku enggak suka sama Fajar!"

"Hah? Kenapa?"

"Aku feeling dia itu playboy! Dari pertama kali aku ngeliat dia, aku udah tahu dia itu playboy! Playa!"

"Kenapa kamu bilang begitu?"

"Lihat, dong! Cara dia bicara... cara dia bersikap! Gombal... gombal... gombal!
Terus tangannya itu, main peluk-peluk aja! Terus, kamu bisa aja lagi dibegoin sama dia!"

"Peluk? Eh, tunggu, deh! Kapan kamu pernah lihat Fajar?A.. aku, kan, belum pernah ngenalin dia sama kamu?"

Fairy tertangkap basah. Dia tidak bisa mengelak. "A.. aku ngebuntutin kamu kemarin.."

Myo tertegun.

"Oke, aku salah! Aku ngebuntutin kamu! Tapi wajar aja aku begitu! Aku khawatir sama keadaan kamu.. habis kamu tiba-tiba pergi dalam keadaan nangis!"

"Kamu enggak usah khawatir, Fei! Aku baik-baik aja..."

"Myo, aku minta kamu hati-hati sama Fajar.. Dia itu terlalu berpengalaman. Aku aja belum tentu bisa lari dari gombalan dia, kamu lagi! Kamu itu, kan, jauh lebih lugu dari aku!"

"Aku udah enggak mau menilai orang dari covernya, Fei! Aku mau belajar untuk enggak ngejudge orang cepat-cepat..."

"Maksud kamu?"

"Belum tentu orang yang kelihatan playboy itu hatinya juga brengsek... Buktinya orang yang kelihatan alim sikapnya bisa lebih parah dari playboy..."

"Maksud kamu, Rossi?"

Lagi, sekali lagi Fairy menyebut nama Rossi.
Lagi, sekali lagi Myo menutup kupingnya sambil meringis.
Fairy memang tidak pernah bisa mengontrol ucapannya. Mulutnya los seperti benang layangan. Dia berulang kali membuat Myo teringat pada mantannya yang super alim tapi memiliki hati super kejam dan tidak berperasaan itu.

Mestinya mulut Fairy diplester atau volumenya di "mute" saja, sehingga dia tidak perlu mengatakan hal-hal yang membuat hati Myo meradang. Tapi jangan salah kira, Fairy tidak jahat. Dia hanya ember.

Lalu setelah nama itu disebut, Myo kembali menelpon Fajar.
Kali ini bukan 2 jam, tapi 4 jam.

Tidak ada komentar: