Kamis, 06 November 2008

A Magical Moment that Puts Everything in A Slow Motion

I was standing in front of a door
I was afraid to open it….
Didn’t know what I will find behind it
Didn’t have the guts to take the chance…

So I close my eyes…
And pretend I didn’t see..

Suddenly I feel the wind breeze…
No.. it wasn't breezing…
It was dancing…
In a rhyme…
It was trying to tell me something…
In a way…
A magical moment, that puts everything in a slow motion…

Trying to pursue me and seduce me
“Open it… trust ur heart.. Open it…”
Whispering... shouting... over and over again..

I try hard to ignore the voices…
But it gets louder and louder…
I cant resist..
So I touch the door handle..
And open it…

There you were…
Standing in front of me with a smile…
A warm smile that shines like a sun…
I stood there…
Numb….
Watching your steps…
Seeking for answers...
Suddenly I smile…

And the wind is dancing again…
In a way…
A magical moment, that puts everything in a slow motion…

Rabu, 18 Juni 2008

CERITA MYO (bag.16)


Lalu Fajar bertemu Myo. Jelas saja dia menganggap Myo sama persis dengan cewek-cewek yang lain.

Mata Myo terlalu berbinar ketika melihat dirinya. Senyumnya juga mengembang terlalu lebar. Dan satu lagi, cewek itu mudah sekali dirayu!

Sebenarnya Fajar sudah mulai bosan dengan Myo. Mestinya dia meninggalkannya begitu saja dengan alasan seadanya. Tapi semakin mengenal pribadi Myo, dia semakin ngeri.

Cewek itu seperti sebuah benteng yang dibuat dari tumpukan kartu. Sekali dorong, benteng itu pasti hancur berantakan.

Myo memang tidak pernah bercerita tentang kenapa dia menangis ketika bertemu dengan dirinya di Starbuck. Fajar juga menghindari untuk bertanya kenapa dia begitu.
Tapi yang jelas, jujur saja cewek itu mengingatkannya pada dirinya sendiri dulu. Lugu, polos, penggugup dan selalu berusaha untuk tidak merepotkan orang lain.
Dan tangisannya itu, jelas tangisan patah hati.

Fajar memang kini sudah membeku, tapi dia tidak bisa menyakiti orang yang sifat dan keadaannya sama persis seperti dirinya sendiri.

Myo membuatnya tergoda bermain hati.

Selasa, 17 Juni 2008

Cerita Myo (bag.15)


Tepat pada hari itu, Fajar berencana menembak Lyla di konser James Blunt, musisi favorit Lyla. Tapi entah kenapa, Lyla malah memaksanya untuk pergi ke Plaza Senayan. Ternyata di sana Lyla memang sengaja menemui Kian dengan tujuan membuat mantannya itu kesal.

Hari itu hati Fajar hancur dan tidak akan pernah kembali utuh. Rasa cintapun tidak pernah mampir lagi di diri Fajar yang membeku.

Lalu dia berubah menjadi orang yang seenaknya.
Seenaknya saja mengumbar pesonanya kemana-mana...
Seenaknya saja membuat banyak cewek jatuh cinta dengan tatapan seperti pisau, aura lampu disko dan rayuan angin sepoi-sepoi...
Seenaknya saja bikin patah hati cewek-cewek yang mengaku mencintainya....

Fajar menikmati saat para cewek terlihat begitu desperate karena memohon cintanya. Dia juga tersenyum saat dia tahu mereka tak bisa menolak pesonanya. Fakta-fakta itu jelas meningkatkan harga dirinya sampai ke langit ketujuh.

Ketika Fajar melakukan itu semua, dia memilih untuk tidak bercerita banyak tentang dirinya. Hal itu penting agar hatinya selalu dalam keadaan aman. Dia tahu betul kalau "curhat" itu berbahaya. Fajar memang tidak mau lagi bermain hati. Semua masa lalunya disimpan di dalam sebuah kotak di hatinya dan hanya dirinya saja yang boleh tahu.

Cerita Myo (bag.14)


Gara-gara Fairy, Myo jadi semakin dekat dengan Fajar. Cewek bodoh itu jadi semakin berusaha berkonsentrasi untuk semakin jatuh cinta pada Fajar.

Memang, sih, hal itu wajar-wajar saja. Tapi masalahnya, obyeknya itu yang salah. Menelpon Fajar sama saja menyorongkan umpan ke mulut buaya.
Well, Fajar bukan buaya lagi, melainkan Kingaya alias rajanya buaya.

Dalam satu bulan, Fajar bisa berganti pacar 20 kali. Dengan alasan dia mudah bosan. Tapi hebatnya ketika dia melakukan itu, wanita-wanita itu tidak sakit hati.
Fajar memang mudah membuat wanita manapun jatuh cinta dengan pandangannya yang tajam seperti pisau dan aura seperti lampu disko.

Tapi Fajar bukan penjahat. Dia jadi playboy karena patah hati berat. Dari dulu Fajar memang sudah ganteng, hanya saja dia super lugu. Pada saat itu, memang banyak cewek yang mendekatinya, tapi dia hanya digunakan sebagai alat untuk dipamerkan. Sebut saja, menemani kakak kelasnya kondangan, sebagai gandengan ke prom night atau untuk memanas-manasi mantan atau gebetan seseorang.
Dia diperlakukan seperti barang, bukan manusia.

Padahal Fajar juga punya hati. Dia bisa saja jatuh cinta ketika disuruh menemani kondangan, digandeng kesana kemari atau berdansa ketika prom night.
Tapi cewek-cewek itu seperti tidak tahu. Mereka hanya senang ketika Fajar diam. Ketika Fajar bicara mereka jadi ilfil. Menurut mereka, Fajar terlalu bodoh dan lugu. Jadi sebaiknya dia diam saja agar tetap ganteng.
Diam seperti pajangan yang bodoh.

Itu semua belum apa-apa. Mimpi buruk Fajar terjadi dua tahun yang lalu.

Dua tahun yang lalu dia patah hati berat. Dia jatuh cinta pada salah satu cewek yang menggunakannya untuk memanas-manasi mantan pacar. Cewek itu namanya Lyla. Iya, Lyla... seperti judul lagu.

Lyla terobsesi dengan mantan pacarnya, Kian. Dia berkali-kali minta balik namun selalu ditolak. Terang saja mantan pacarnya begitu, dia itu playboy sejati.
Mana ada playboy sejati yang suka dikejar-kejar. Playboy sejati hanya mau mengejar. Bagi mereka cewek desperate itu sangat membosankan. Lebih membosankan dari lomba nyanyi seriosa. Jadi percuma saja Lyla menangis dan memohon padanya.

Saat itu Fajar yang seperti patung mendengarkan semua curhatan Lyla dan jadi jatuh cinta. Sampai suatu saat tanpa disadarinya, Lyla "meminjam" dirinya untuk membuat mantannya "terbakar".

Aksi Lyla berhasil. Kian memang terbakar. Begitu terbakar hingga gosong.

Playboy mana yang rela mantan pacarnya yang desperate gandengan dengan cowok yang 100X lebih ganteng dari dirinya?

Jadi ketika itu terjadi, Kian langsung menarik tangan Lyla dan menciumnya dengan kasar di depan banyak orang!
Fajar gantian terbakar melihat cewek yang dicintainya diperlakukan begitu kasar dan tidak hormat. Emosinya meningkat drastis hingga membuat asap keluar dari ubun-ubunnya. Fajar pun menghajar Kian membabi buta.

Tapi bukan terima kasih yang diterimanya dari Lyla. Lyla malah menghajarnya balik dengan kursi sambil memaki-makinya dirinya di depan banyak orang.
Fajar babak belur. Tapi keadaan hatinya jauh lebih parah. Hatinya pecah dan pecahannya berserakan di mana-mana.

Kamis, 12 Juni 2008

CERITA MYO (bag.13)


Sebenarnya feeling Myo hampir sama dengan Fairy. Tapi dia memilih untuk tidak mendengarkan suara hatinya yang berteriak-teriak untuk menyingkir dari Fajar.

Myo kini memang tidak percaya dengan suara hatinya sendiri. Dulu dia percaya 1000% kalau seseorang bisa dilihat hanya dari penampilan luar, kemasan, cover, pembungkus atau sampulnya. Tapi setelah dia salah menilai selama 4 tahun, akhirnya dia kapok!

Penampilan luar, kemasan, cover, pembungkus atau sampul memang tidak bisa menentukan apakah isinya bagus atau tidak. Itu pelajaran yang Myo ambil. Tapi bodohnya gara-gara itu dia memilih untuk tidak mendengarkan kata hatinya sama sekali. Kalau hatinya bisa menangis, mungkin dia akan berbisik "Kacang... kacang..."

Tapi Myo sudah membulatkan tekad. Kali ini dia akan mengerjakan segala sesuatunya berbeda dari dirinya yang dulu.

Senin, 09 Juni 2008

CERITA MYO (bag.12)


"Myo, aku enggak suka sama Fajar!"

"Hah? Kenapa?"

"Aku feeling dia itu playboy! Dari pertama kali aku ngeliat dia, aku udah tahu dia itu playboy! Playa!"

"Kenapa kamu bilang begitu?"

"Lihat, dong! Cara dia bicara... cara dia bersikap! Gombal... gombal... gombal!
Terus tangannya itu, main peluk-peluk aja! Terus, kamu bisa aja lagi dibegoin sama dia!"

"Peluk? Eh, tunggu, deh! Kapan kamu pernah lihat Fajar?A.. aku, kan, belum pernah ngenalin dia sama kamu?"

Fairy tertangkap basah. Dia tidak bisa mengelak. "A.. aku ngebuntutin kamu kemarin.."

Myo tertegun.

"Oke, aku salah! Aku ngebuntutin kamu! Tapi wajar aja aku begitu! Aku khawatir sama keadaan kamu.. habis kamu tiba-tiba pergi dalam keadaan nangis!"

"Kamu enggak usah khawatir, Fei! Aku baik-baik aja..."

"Myo, aku minta kamu hati-hati sama Fajar.. Dia itu terlalu berpengalaman. Aku aja belum tentu bisa lari dari gombalan dia, kamu lagi! Kamu itu, kan, jauh lebih lugu dari aku!"

"Aku udah enggak mau menilai orang dari covernya, Fei! Aku mau belajar untuk enggak ngejudge orang cepat-cepat..."

"Maksud kamu?"

"Belum tentu orang yang kelihatan playboy itu hatinya juga brengsek... Buktinya orang yang kelihatan alim sikapnya bisa lebih parah dari playboy..."

"Maksud kamu, Rossi?"

Lagi, sekali lagi Fairy menyebut nama Rossi.
Lagi, sekali lagi Myo menutup kupingnya sambil meringis.
Fairy memang tidak pernah bisa mengontrol ucapannya. Mulutnya los seperti benang layangan. Dia berulang kali membuat Myo teringat pada mantannya yang super alim tapi memiliki hati super kejam dan tidak berperasaan itu.

Mestinya mulut Fairy diplester atau volumenya di "mute" saja, sehingga dia tidak perlu mengatakan hal-hal yang membuat hati Myo meradang. Tapi jangan salah kira, Fairy tidak jahat. Dia hanya ember.

Lalu setelah nama itu disebut, Myo kembali menelpon Fajar.
Kali ini bukan 2 jam, tapi 4 jam.

Minggu, 08 Juni 2008

CERITA MYO (bag. 11)


Fajar duduk sekali di dekat Myo. Terlalu dekat sehingga rasanya semua udara yang harusnya dihirup Myo, dihirup olehnya.
Sebenarnya Myo jelas merasa tidak nyaman duduk sedekat itu dengan seorang cowok. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Lalu, Fajar langsung mengeluarkan rokok dan menyalakannya.
Dan pada semburan asap pertama, Myo langsung terbatuk-batuk.

"Eh, maaf cantik! Gara-gara aku, kamu jadi batuk!"
Myo menggeleng namun masih terbatuk-batuk hebat. Fajar mematikan rokoknya di asbak.
"Kalau kamu enggak suka aku ngerokok, aku berhenti ngerokok..."

Myo jadi tidak enak. Dia memang alergi pada asap rokok, tapi dia merasa bersalah karena batuknya membuat Fajar jadi tidak nyaman. Tapi bagaimana cara menahan batuk? Batuk yang ditahan suaranya akan terdengar aneh, kan? Dan pada saat itu Myo tidak mau terdengar aneh.

"Enggak.. enggak apa-apa, kok!"
Fajar tertawa, "Aku lihat ekspresi wajah kamu, cantik! Kamu enggak suka ngeliat aku ngerokok, kan? Oke, aku janji akan berhenti merokok mulai saat ini"
"Aku enggak begitu, kok, kalau kamu mau ngerokok, ngerokok aja!"

Tapi lalu Fajar memandang matanya dalam sekali. Seperti pisau yang membuat tubuhnya kaku tiba-tiba. Myo jadi salah tingkah.

"Kenapa cantik? Mata kamu kelihatan sembab begitu, sih? Kamu habis nangis, ya?"

Mata Myo memang sembab sekali. Sembab seperti mata orang Korea yang kantung matanya terlalu gendut.

"Mataku memang begini dari dulu..." Sergahnya cepat-cepat.

Fajar lalu tertawa keras,
"Cantik... cantik! Meski aku baru 2 kali melihat kamu, tapi aku enggak bisa lupa mata kamu yang lucu... yang kubil! Mata itu yang selalu aku ingat selama 2 minggu ini!"

Kata-kata Fajar membuat airmata Myo menetes.

"Kamu nangis, cantik? Aku enggak suka lihat kamu nangis... Aku lebih suka lihat senyum kamu..."

Lalu tiba-tiba Fajar merangkul Myo dan Myo tidak kuasa untuk tidak menangis di pelukannya.

Fairy melihat dan mendengar itu semua!
Dia terkejut, jadi itu yang namanya Fajar!
Cowok itu memang menarik sekali, dia seperti lampu disko yang menyala terlalu terang. Tapi selain itu, dia juga perayu berat!
Cewek seperti Myo dipastikan tidak berdaya menghadapi pria seperti Fajar.
He's a real killer!

Fairy lalu panik sendiri. Apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan sahabatnya?

CERITA MYO (bag.10)


"Myo! Jangan jadiin Fajar sebagai pelarian kamu!"
"Maksudnya?"
"Iya, kamu nelpon Fajar cuma supaya kamu enggak mikirin dia!"
"Dia?"
"Iya, dia! Dia Yang Namanya Tidak Boleh Disebut!"
"Voldemort?"
"Bukan! Rossi!"

Myo terkejut. Dia menutup kupingnya dengan ekspresi yang sedih. "Kenapa kamu sebut nama itu?!"

Fairy menutup mulutnya. Dia tidak sadar telah mengucapkan nama itu. Dia telah berjanji untuk tidak menyebut nama itu lagi di depan Myo selamanya!

Kini air mata Myo membuncah lagi. Raut wajahnya mendung lagi.
Hati Fairy jadi kacau.
Dia yang Namanya Tidak Boleh Disebut itu terlalu brengsek. Namanya bahkan tidak pantas lagi untuk didengar.
Dia yang Namanya Tidak Boleh Disebut telah membuat sahabatnya itu menderita.
Dia yang Namanya Tidak Boleh Disebut itu telah menipu Myo mentah-mentah.
Sebuah kesalahan yang tak pantas dimaafkan.

(PS : Aku capek mengetik Dia yang Namanya Tidak Boleh Disebut.. karena itu kita panggil aja namanya Rossi, deh! Myo tidak tahu ini!)

Fairy benci pada Rossi, lebih benci dari rasa benci Myo pada Rossi.
Karena itu dia ingin bertemu Rossi dan meninju wajahnya. Rossi memang pantas ditinju karena telah menyembunyikan sifat brengseknya di balik wajah alimnya itu.

"Hallo.. Fajar? Ketemu, yuk!"
Fairy menoleh. Itu Myo, sedang menelpon Fajar. Air mata Myo mengalir deras ketika dia mengucapkan itu. Tapi, Myo berusaha agar suaranya tidak terdengar sedang menangis, sehingga suaranya terdengar seperti orang Asma.

Setelah itu Myo pun bergegas pergi menemui Fajar.
Fairy mencoba menahannya karena dia khawatir Myo pergi dalam keadaan yang gamang. Lagipula, setahu dia, selama Myo hidup di dunia, dia tidak pernah mengajak cowok manapun pergi duluan!
It's so not her!

Tapi berkali-kali Myo bilang kalau dirinya tidak apa-apa. Myo bilang dirinya baik-baik saja. Dia pun memasang senyumnya yang paling lebar. Tapi hati Fairy sakit melihat Myo begitu. Hatinya sakit karena telah membuat sahabatnya itu kembali menangis. Dia hanya bisa berharap pertemuan Myo dan Fajar tidak membuat hati Myo semakin hancur.

Fairy pun memutuskan untuk membuntuti Myo!

Well, sebenarnya aku malas melakukan pekerjaan kurang kerjaan seperti ini. Tapi aku penasaran juga mengetahui apa yang akan terjadi pada si bodoh Myo. Maka lalu aku memutuskan untuk mengikuti aksi Fairy, membuntuti Myo!

Itu Myo sedang berdiri di sana, di depan kafe Starbuck dengan badannya yang melayang.

Itu Fajar sedang berjalan bergegas ke arah Myo dengan senyum lebar mengembang di wajahnya.

Lalu saat mereka berdua bertemu, Fajar langsung menarik tangan Myo masuk ke dalam kafe!

CERITA MYO (bag.9)


"Maksud kamu?"
"Iya, ceritain dong, siapa itu Fajar? orang mana, rumahnya di mana, terus apa dia itu tipe cowok yang suka dugem atau gimana?"

Myo tertegun. Itu pertanyaan mudah. Seharusnya dia tahu jawabannya.
Saat itu yang terlintas di benaknya adalah...
Satu. Kenapa dia bisa tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu?
Dua. Kok bisa-bisanya dirinya tidak bertanya apa-apa tentang pria itu setelah menghabiskan waktu 20 jam menelpon?
Tiga. Kenapa Fajar hanya bercerita sedikit sekali tentang dirinya?

Lalu pertanyaan kedua Fairy lebih mengusik dirinya lagi.
"Selama ini, siapa yang lebih sering nelpon? Dia atau kamu?"

Myo tahu pasti jawabannya. Jawabannya adalah Dirinya sendiri A.K.A Myo!
Bandingannya adalah 1: 9. Fajar menelpon sekali, Myo sembilan kali.

Myo baru benar-benar sadar kalau dirinya sudah terlalu agresif selama ini.
Well, Myo tidak bermaksud genit, tapi tangannya selalu otomatis bergerak memencet hape Fajar setiap kali dia menerima SMS dari mantannya.

Ups! Sori, aku baru bercerita tentang ini.
Iya, SMS mantannya itu tidak datang hanya sekali, tapi dua kali, tiga kali, lalu sepuluh kali.

Mantannya itu selalu mengirimkan SMS yang membuat hatinya kacau.

Pertama. I Miss You
Kedua. I Will Always Love You
Ketiga. Suatu saat kita akan bersatu kembali
Keempat. Aku ingin kamu bahagia
Kelima. Aku pengen ketemu kamu
Keenam. Apa kamu mau ketemu aku?
Ketujuh. Aku enggak tahan lihat kamu marah sama aku
Kedelapan. Jangan cuekin aku
Kesembilan. Aku enggak cinta dia
Kesepuluh. Aku terpaksa...

Myo benci SMS-SMS itu. Sepertinya mantannya tidak rela membuat hidupnya tenang. Sepertinya dia ingin Myo selalu dalam keadaan menangis dan menderita selamanya karena sakit yang ditimbulkannya.

Setiap kali mendapat SMS, air mata Myo hampir tumpah. Lalu satu-satunya yang dia ingat hanyalah menelpon Fajar.

Mungkin karena itu pula, dia tidak sadar apa yang dia bicarakan dengan Fajar. Yang dia tahu, pujian-pujian Fajar sukses membuat air matanya tidak tumpah.

CERITA MYO (bag.8)


"Teet.. teet.. teeet"
Itu SMS dari mantannya. Isinya, "Apa Kabar?"
Myo merinding ketakutan. Kenapa mantannya itu masih mencoba menghubunginya? Mau apa dia?

Myo tidak boleh memikirkan orang itu. Myo sedang jatuh cinta dan seharusnya orang itu tidak bisa lagi mengacaukan pikirannya.

Myo mencoba loncat-loncat, lalu berdiri terbalik. Namun pikiran itu tidak juga pergi. Lalu dia mencoba melakukan lebih banyak lagi kegiatan, membersihkan rumah, mencuci, memasak, menggosok dinding (dan pembantunya pun mengalami kejadian super fenomenal- duduk manis di depan tivi satu hari penuh!).
Keringat Myo sudah mengucur deras, tapi pikirannya masih saja berkutat pada mantannya itu. Akhirnya Myo mengambil hapenya dan memutuskan untuk menelpon Fajar.

Untuk pertama kalinya, Myo menelpon cowok duluan. Rasanya aneh. Suara yang keluar pun terdengar aneh. Seperti nenek sihir. Tapi untungnya Fajar menyambut teleponnya dengan suka cinta.

"Hai Myo! Aku enggak nyangka kamu mau nelpon aku! Aku baru aja mau telpon kamu, kok bisa barengan begitu?"
"Be.. begitu?" Parau sekali suara Myo!
Kata-kata Fajar membuat hati Myo tenang.
"Kamu lagi ngapain?"
"Aku? Aku lagi ngapain? Eh, abis beresin rumah.."
"Serius? Kamu rajin banget, ya! Hm, calon istri yang baik, nih!"
Wajah Myo merah padam. Rasanya di kakinya ada jet yang membuatnya terbang menerobos langit-langit. Dia GR sekali!
Namun, dalam keadaan super GR, kata-kata yang bisa keluar dari tenggorokannya hanya, "Be.. begitu?"

Dasar Myo bodoh!

Fajar memang pria yang pintar bikin hati Myo senang. Myo merasa nyaman sekali bicara dengan orang itu. Bicara dengan Fajar seperti main ayunan di pagi hari dengan angin sepoi-sepoi yang menghembus dan membuat rambutmu menari. Nyaman sekali... sejuk sekali...
Rasanya Myo bisa tertidur pulas dengan suara Fajar yang masih terdengar di hapenya.

Karena itu pula, Myo jadi ketagihan menelpon Fajar.

Bukan cuma sekali, tapi dua kali, lalu tiga kali dan berkali-kali sampai tagihan pulsa membengkak.

Apakah Myo jatuh cinta? Myo tidak tahu.
Yang jelas sehabis menelpon Fajar, Myo seperti mendapat dopping. Senyumnya mengembang lebar sekali. Myo pun jadi senang bernyanyi-nyanyi sendiri. Kali ini dengan suara yang tidak parau.

Sebenarnya topik obrolan yang dibicarakan Myo dan Fajar topiknya selalu tidak penting. Suatu waktu mereka membahas tentang makanan favorit Myo lama sekali. Di waktu yang lain mereka membicarakan tentang hobi baru nenek Myo. Lain kali lagi, mereka berbicara tentang laptop Myo sampai 3 jam.

Myo tidak sadar kalau semua topiknya selalu tentang Myo! Mereka jarang sekali membicarakan tentang Fajar.

Selama 2 minggu kenalan dan 10 kali menelpon yang masing-masing berdurasi 2 jam, Myo hanya dapat sedikit sekali info tentang Fajar.

Tapi Myo tidak sadari itu sampai suatu kali Fairy datang dan meminta Myo bercerita tentang siapa itu Fajar.

Kamis, 29 Mei 2008

CERITA MYO (bag.7)


Berita Myo bertemu dengan Fajar sudah menyebar kemana-mana. Lebih cepat dari kecepatan cahaya. Itu yang Myo rasakan.

Myo pantas saja berpikir begitu, semua orang menatapnya penuh harap. Mereka kelihatan sangat penasaran.

Well, jangan salahkan mereka karena bersikap begitu. Ibu Myo bercerita terlalu heboh tentang Fajar. Ibunya bilang Fajar mirip sekali dengan Del Piero. Tepatnya Del Piero yang sedang berbelanja di supermarket.

Myo tidak terlalu mengerti sepak bola. Karena itu dia tidak tahu siapa itu Del Piero. Setengah mati hatinya ingin bertanya. Tapi belum apa-apa, orang sudah mengernyitkan dahi mereka. Myo jadi takut pertanyaannya mengganggu. Jadi dia diam saja. Pura-pura tahu.

Lagipula pertanyaan itu tidak terlalu penting. Yang Myo rasa di hatinya ada banyak kupu-kupu.

Pertemuan 10 menit bersama Fajar tiba-tiba saja menghapus semua kesedihannya. Air matanya menguap entah kemana.

Myo jarang-jarang bertemu dengan orang semempesona Fajar. Buktinya selama 23 tahun hidup di Bumi, dia baru satu kali berhadapan dengan mahluk seperti itu.
Apalagi mahluk super charming itu bilang kalau dia suka senyumnya.
Siapa yang bisa tidur setelah itu terjadi?

Rabu, 28 Mei 2008

Iklan dulu ya...

Iklan dulu yah... Aku lagi ngantuk banget. Kenapa ya? Pengen tidur terus ni... Terus gak konsen kerja pula.. Gimana ini? Miaw...

Selasa, 27 Mei 2008

CERITA MYO (bag.6)


BAB 2
THE PLAYA


Myo dalam keadaan rapuh. Dan satu-satunya yang dia butuhkan adalah pujian. Seseorang yang bisa meyakinkan dirinya kalau dirinya itu cukup berharga. Karena itu pertemuannya dengan Fajar sama sekali tidak bisa disalahkan.

Myo tidak pernah menyangka kalau ajakan ibunya ke sebuah hypermarket bisa membuatnya mengenal pria se-good looking Fajar.
Pada waktu itu sebenarnya Myo merasa dirinya sangat berantakan. Dia sedang kesusahan mendorong troli yang disesaki oleh berbagai macam barang. Ibunya itu memasukkan hampir semua barang yang tertangkap oleh matanya.

Myo sebenarnya benci jalan-jalan di hypermarket itu. Sebotol Sprite bisa membuatnya menangis dan sekantong Happytos bisa membuatnya mual tiba-tiba.
Barang-barang itu dan segambreng barang lainnya dulu sering diminta oleh mantannya dan membuatnya hampir bangkrut. Well, mantannya itu memang hobi jajan dan entah kenapa alat pembayarannya selalu keluar dari dompet Myo.
Ok, enough with the flash back!

Ketika Myo sedang terjebak dilema dalam memilih apakah Susu Indomilk lebih baik dari Susu Ultra, ada seorang pria yang mengikuti gerak-geriknya dari tadi.
Saat Myo mengangkat tangan kanannya, pria itu juga mengangkat tangan kanannya juga. Lalu ketika Myo membolak-balik karton susu itu, si pria juga melakukan hal yang sama.
Awalnya Myo piker dirinya hanya berhalusinasi, tapi saat dia melirik cermin yang terpasang di sisi lemari pendingin, dia baru sadar kalau ada mahluk yang mengikutinya dari tadi.

Mahluk itu ganteng sekali. Hidungnya mancung dan alisnya tebal. Tatapan matanya seperti pisau yang mengiris-iris hati siapapun yang melihatnya. Pria itu berdiri di sana seperti mahluk dari alam lain. Dia terlalu syahdu, bahkan bayangannya di cermin bisa membuat sekujur tubuh menjadi kaku.

“Hai”

Myo menoleh. Mata pria itu tidak kosong. Jiwanya pun sepertinya benar-benar berada di sini. Myo mengalihkan pandangannya pada kupingnya, tidak ada earphone tergantung di situ.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, akhirnya Myo tersenyum.

“Hai”

Dan rasanya pada saat itu semesta pun ikut tersenyum bersamanya.

Pria itu bernama Fajar.
Dia banyak bicara tentang dirinya. Tingginya 175 cm dan beratnya kira-kira kurang dari 70 kg (Well, sebenarnya bukan Fajar yang mengatakan ini, fakta ini hanya dikira-kira sendiri oleh Myo).
Fajar bekerja di sebuah perusahaan properti. Dia lebih suka susu Indomilk daripada susu Ultra. Fajar suka olahraga dan pergi ke gym seminggu sekali. Selain itu dia juga bilang kalau dia suka senyum Myo.

Myo diam saja saat Fajar mengatakan itu. Padahal pada waktu itu, jantungnya langsung berakrobat hebat.

Ibu Myo sebenarnya melihat kejadian itu dari jauh. Dan beliau tidak sampai hati mengganggunya dan membuat senyum Myo lenyap. Jadi dia memilih untuk mengintip dari balik rak minuman softdrink.

(to be continued)

CERITA MYO (bag.5)



“Myo, kamu harus jatuh cinta lagi!” itu saran Fairy setengah memakasa pada suatu pagi.

Fairy benar. Myo harus jatuh cinta lagi. Hanya dengan jatuh cinta dia bisa kembali jadi orang normal. Tapi jatuh cinta pada siapa?
Sejak Fairy bilang begitu, pikiran Myo jadi melayang-layang. Matanya menelisik setiap sudut yang dilaluinya. Dia memperhatikan setiap pria yang lewat di depannya.
Tapi Myo tidak punya pemicu untuk jatuh cinta. Pria-pria itu terlihat sangat dingin. Mereka terlalu sibuk dan asik dengan dirinya sendiri. Mereka berjalan sangat cepat menuju tujuan masing-masing dengan earphone terpasang di kuping mereka. Mata mereka menatap, tapi jiwa mereka tidak ada di situ. Myo berusaha tersenyum pada mereka, tapi mereka diam saja.

Lalu bagaimana dia bisa jatuh cinta?
(to be continued)

CERITA MYO (bag. 4)


Myo sudah terlalu kacau. Di dalam hati, dia tidak rela juga mengacaukan dirinya sendiri. Lagipula semua orang sepertinya merasa terganggu dengan keadaannya yang labil. Karena itu dia memutuskan untuk bersikap normal. Dia berusaha menyibukkan dirinya sendiri. Begitu sibuk, hingga semua berjalan begitu cepat.

Myo tidak mau melihat jam. Dia ingin melupakan waktu. Myo memenuhi semua detik dalam harinya dengan bekerja, bekerja dan bekerja. Myo berangkat kerja setelah sholat Subuh dan sampai di kantor jam 6 pagi. Kantornya baru buka 2 jam kemudian, sehingga setiap hari Myo harus menunggu di depan lobby.

Dan ketika itu terjadi, Myo berusaha untuk tidak melamun. Dia mengeluarkan laptopnya dan mengerjakan semua tugasnya (yang memang selalu dibawanya pulang ke rumah). Dan ketika dia melakukan itu, dia tidak bisa diganggu oleh apapun.
Gara-gara itu pekerjaannya sudah selesai, tepat ketika kantornya dibuka.

Mestinya setelah itu Myo bisa santai karena semua pekerjaannya hari itu sudah selesai. Tapi Myo menolak bersantai dan menghindari resiko melamun. Dia memilih untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan besok. Dan pekerjaan besok lusa dibawanya ke rumah untuk dikerjakan sampai larut malam.

Dan begitu seterusnya dilakukan berulang-ulang seperti lagu yang membosankan.
Sampai suatu hari Myo sudah menyelesaikan semua pekerjaannya untuk satu bulan ke depan.

Mestinya, sih, Myo pingsan karena memaksakan dirinya bekerja terlalu keras. Tapi entah kenapa, Myo tidak pingsan. Begitu takutnya Myo melamun, sampai-sampai dia tidak mendengar kalau tubuhnya berteriak-teriak meminta istirahat.

Kini di mata Myo ada lingkaran hitam besar.

Aku sebal melihatnya. Rasanya aku ingin mengambil spidol dan menghubungkan matanya dengan garis hitam. Jadi dia terlihat seperti cewek berkacamata yang bodoh.
Dasar Myo bodoh!

Eh, oke, kembali ke Myo!

Atasan Myo bosan melihat Myo bekerja terus, jadi dia menyuruh Myo cuti sebulan. Dalam hati Myo berteriak agar bosnya tidak melakukan itu. Apa yang harus dia lakukan dalam satu bulan?
Tapi lalu dia memilih diam karena tiba-tiba muncul pemikiran kalau bosnya itu mungkin bosan melihat dirinya.

Akhirnya Myo kehilangan alasan untuk sibuk. (to be continued)

Jumat, 23 Mei 2008

CERITA MYO (bag.3)


Jadi jomblo tiba-tiba memang tidak enak.
Sudah 5 taun, Myo selalu punya alasan kenapa harus melirik HP nya setiap 5 detik sekali untuk mengecek apakah ada SMS masuk dari mantan kekasihnya atau tidak (karena HP nya di silent - lagi lagi dengan alasan agar tidak mengganggu orang lain) atau apakah sinyal HP nya full sehingga mantannya itu tidak perlu mengomel karena sulit menelponnya. Belibet....

Selain itu, selama lima tahun ini pula Myo menyingkirkan semua teman cowoknya dengan cara yang bodoh. Myo sengaja membuat teman-teman cowoknya ilfil padanya agar mantannya itu mendapat garansi kalau Myo adalah cewek yang 100% setia.

Benar-benar konsep kesetiaan yang bodoh. Dasar Myo bodoh!

Padahal waktu itu Myo banyak yang naksir. Sebagian besar dari mereka good looking. Tipe pria yang bisa membuat cewek manapun menoleh berkali-kali sampai tidak sadar menabrak cermin.

Tapi Myo merasa berdosa kalau bersikap terlalu ramah pada mereka. Dia merasa ada mahluk penjaga norma yang selalu berkeliaran di dekatnya. Mahluk itu siap mencatat apapun dilakukan Myo di atas buku kecilnya. Myo jadi parno sendiri.
Myo juga takut kalau cowok-cowok itu membuat mantannya itu cemburu. Karena itu Myo berusaha sesedikit mungkin berinteraksi dengan mereka. Dia berusaha jutek berat atau sombong gila.

Gara-gara itu Myo dibilang Miss Jutek dan Si Sombong. Well, menurutku wajar saja dia dibilang begitu. Masih untung dia enggak dibilang orang gila!
Dasar Myo bodoh!

Sekarang Myo tidak tahu kenapa dia harus punya HP. Kadang dia ingin memasukkan HP nya itu ke dalam gelas berisi air putih. Kadang dia juga ingin mencelupkan HP ke saus tomat. Ketika dia tidak memikirkan itu, dia memilih untuk mematikan HP nya. Dengan begitu, dia tidak perlu menebak-nebak ada SMS/telepon masuk atau tidak.

Gara-gara HP Myo mati, banyak hal yang terjadi.

Bos Myo ngomel-ngomel karena dia sulit menghubunginya. Teman-teman Myo menyangka Myo gantung diri karena terlalu khawatir. Sementara keluarganya sibuk berdoa bersama agar Myo baik-baik aja.

Sebenarnya mereka konyol melakukan itu.
Ketika mereka begitu, Myo sedang bengong melihat orang gila lewat di sebuah taman. Orang gila itu sedang diikuti anak-anak yang jahil. Mereka terus menerus mengejeknya. Myo heran kenapa mereka bisa seberani itu. Ketika Myo seumur mereka, Myo paling takut sama orang gila. Dia bisa tiba-tiba berteriak atau kabur ketika melihat orang yang ciri-cirinya seperti orang gila (pakaian berantakan, rambut awut-awutan). Bahkan dia pernah kabur melihat adiknya sendiri karena adiknya terlihat seperti orang gila (padahal waktu itu adiknya baru bangun tidur).


Myo tidak sadar kalau kini penampilannya terlihat beda tipis dengan orang gila itu. Kacau!
(to be continued)

Kamis, 22 Mei 2008

CERITA MYO (bag.2)


Myo memandang bayangannya sendiri di kaca. Setengah dari dirinya tidak yakin kalau dirinya mampu bertahan dari angin tornado sehebat ini.
Dia mencoba tersenyum, tapi senyum yang keluar malah terlihat seperti orang sakit gigi. Dia mencoba meloncat-loncat agar dirinya bisa semangat, tapi dia malah terjatuh dan terantuk lemari gara-gara tubuhnya terlalu melayang.

Semua orang berusaha membuat Myo untuk keluar kamar. Cewek itu sudah mengurung diri lebih dari satu minggu. Makan saja tidak, paling hebat minum air. Bahkan perutnya sampai kembung gara-gara terlalu banyak minum air. Myo kurus tapi perutnya kembung.

Myo senang berada di dalam kamar. Menurutnya kamar adalah satu-satunya tempat di mana dia bisa menjadi diri sendiri. Hanya di kamar, dia bisa mengaku kalau dia patah hati berat. Meskipun dia hanya berani mengatakannya pada cermin berlis hitam yang tergantung di kamarnya. Tapi dia sudah puas.

Sebenarnya percuma saja dia melakukan itu. Cermin itu tidak bisa mengomentari semua curhatannya. Cermin itu juga tidak bisa berteriak menyuruh Myo keluar kamar dan makan agar perutnya tidak sekembung itu.

Satu minggu lebih Myo tidak mau bertemu siapa-siapa, sampai akhirnya sahabatnya Fairy memaksa masuk ke kamarnya.

Ketika Fairy masuk, Myo berusaha bersikap biasa saja. Dia mencoba terlihat ceria dan menawarkan Fairy apa saja yang bisa dimakan di tempat itu. Meskipun sebenarnya hal ini percuma saja karena di kamar Myo hanya ada satu botol air minum berukuran besar.
Myo berusaha tertawa. Tapi tertawanya maksa sekali. Ketika dia tertawa, tanpa sadar air matanya mengalir sederas air hujan.

Fairy jadi ikut menangis melihat sahabatnya seperti itu. Tapi, dalam tangisnya Myo malah bertanya kenapa Fairy menangis tanpa sebab. Begitu sedihnya Myo, sampai dia tidak tahu kalau dirinya saat itu sedang menangis. Hal ini malah membuat Fairy menangis semakin menjadi-jadi.
Well, sejujurnya, bagiku mereka terlihat seperti dua orang bodoh ketika melakukan itu.

Akhirnya Myo mau juga keluar kamar, dan lebih jauh lagi keluar dari rumah.

Myo merasa asing pada sinar matahari. Rasanya dia merasa terekspos sedemikian hebat sehingga membuatnya tidak punya privasi. Sepertinya matahari selalu mengejeknya dan berteriak "Emang enak jomblo?!!"

Karena itu Myo memutuskan memakai kacamata hitam kemana-mana. Bahkan di saat malam tiba, dia masih tidak mau melepaskan kacamata itu. Dia merasa matahari masih mengintip dan kembali berseru "Emang enak jomblo?!!"(to be continued)

Rabu, 21 Mei 2008

CERITA MYO (bag.1)


CERITA MYO
(believe me, this is just a fiction)

Myo bingung setengah mati. Kekasihnya yang seharusnya melamarnya pada bulan Oktober, malah bilang putus di bulan yang sama. Myo enggak tahu harus berbuat apa. Setengah dari hatinya ingin menjerit histeris, setengah hatinya lagi ingin menangis.
Sebenarnya Myo tahu benar betapa brengsek kekasihnya itu. Kekasihnya itu selalu terlihat tersiksa ketika bersamanya. Entah kenapa dia begitu, padahal Myo selalu berusaha membuatnya senang. Myo tidak pernah berani membuatnya dalam keadaaan tidak bahagia satu detik pun. Cewek ini selalu menuruti apa yang kekasihnya itu minta. Dia juga selalu berusaha memajang senyum, meskipun hatinya meringis atau kesal menahan emosi.

Bagi Myo dia memang wajib melakukannya. Bagi Myo menunjukkan emosinya sendiri adalah dosa. Terlarang.

Sebenarnya Myo tidak sakit jiwa. Namun, dia memang selalu berada dalam kondisi “mengerti”. Mengerti perasaan orang lain, mengerti mengapa diri sendiri harus mengalah, mengerti mengapa orang lain posisinya adalah lebih penting daripada dirinya sendiri.

Itulah kenapa dia enggak protes ketika ayahnya berkata kalau kakaknya adalah anak cewek satu-satunya di keluarga pada calon besannya (dan melupakan fakta kalau diri Myo eksis). Myo juga bersikap biasa saja ketika dirinya terpaksa tidur di ruang tamu di saat saudaranya memutuskan tinggal di kamar miliknya selama satu bulan.

Jadi ketika tiba-tiba kekasihnya itu mengucapkan “putus” tiga kali berturut-turut tanpa henti di telepon, Myo bingung harus berbuat apa. Myo bingung harus marah atau menangis. Kalaupun dia marah, itu pasti akan sangat mengganggu perasaan kekasih, eh, mantan kekasihnya itu. Lagipula, tangisannya bisa saja membuat perasaan mantan kekasihnya itu jadi tidak enak.

Tapi yang Myo rasa, hatinya melesak sampai ke dalam. Tulang dadanya rontok satu demi satu dan hatinya seperti dihujam-hujam dengan pisau. Mestinya dia menangis keras, karena dia sudah terlalu banyak buat mantannya yang tidak tahu diri itu. Empat tahun Myo menunggu sang mantan pulang dari negeri seberang dengan setia. Dua tahun Myo membiayai kehidupan mantannya yang belakangan kehabisan uang karena sang mantan terlalu sering menyenangkan dirinya sendiri. Satu tahun Myo berkutat dengan dirinya sendiri karena bimbang apakah pantas bertanya “Apakah kamu mau melamarku?” pada mantannya itu. Namun semuanya itu dijawab mantannya dalam waktu kurang dari 1 menit. “Putus!”

Dan Myo pun bingung, dia harus bagaimana.
Kasihan Myo salah sendiri dia lahir dengan pribadi yang selalu berada dalam bayang-bayang. Mestinya dia tahu di mana posisinya. Mestinya dia lebih punya sikap dan berkata dengan lantang bahwa dirinya tak pantas diremehkan. Myo bukan cewek bodoh. Dia juga bukan cewek yang menyebalkan untuk dilihat. Myo mestinya tahu kalau dirinya itu cukup menarik. Dia seharusnya juga sadar bahwa mantannya tidak seganteng itu untuk berbuat sangat kurang ajar dan melecehkan. Mestinya Myo menyerang si mantan dengan jurus Rasengan milik Naruto dan semuanya kembali baik-baik saja.

Namun Myo itu ya, Myo…

Dan mantannya itu kini tetap bisa hidup tenang tanpa harus merasakan betapa sakitnya diserang oleh energi biru milik sang ninja. (to be continued)

Senin, 05 Mei 2008

Ya Allah....

Ya Allah...
Aku sangat menikmati berada di rengkuhanMU...
Aku sangat menikmati cinta yang ENGKAU tunjukkan padaku...

Cinta... cinta aku..
Menjadi seseorang yang menyadari kasih sayangMU...
In love with ur universe, God...

Minggu, 20 April 2008

How do I feel?

How do I feel now?
I don't know..
Gue juga enggak mau orang tahu apa yang gue rasakan...
Yang jelas rasanya...
Sakit...
Sakit...
God, aku enggak nyangka kalau aku harus merasakan kisah sesakit ini...
Kenapa ada orang yang tega sejahat itu?

Rabu, 16 April 2008

10 reasons why i hate surprises...


Surprises... Surprises...
Ah, actually i love them.. but on the other site, i hate them too..
It is because :
1. I am very curious. To realize that i don't know nothing about something will make me very uncomfortable
2. I hate to wait unpredictable things
3. I have a really-really vulnerable heart. It's really fragile!
4. I often make predictions about the surprises. And most of them bad predictions!
5. My heart beats really fast and it annoys me
6. I think about it too much. It can blow my head off.
7. I lost my appetite
8. I cannot sleep
9. My stomach hurts
10. The result is very mysterious!

Waiting...


What will happen?
I hope it's not something that will make me more sad...
I hope it's something that will make me happy...
God, help!

Senin, 14 April 2008

Rasanya gila banget d.........

Aku gak mau denger.........
Aku gak mau denger apapun itu......
Kenapa sih harus cerita??? T_T

Minggu, 13 April 2008

The definition of friendship?


What's the meaning of friendship?
Apa artinya?
Bisakah persahabatan terjadi ketika salah satunya mencintai yang satu lain?
Apakah itu mungkin terjadi?
Persahabatan macam apa itu?

Kamis, 10 April 2008

Seperti Salju...


Hatiku kembali seperti salju...
Damai... damai sekali...
Rasanya aku ingin memejamkan mata
Dan meresapi perasaan ini dengan lebih khusyuk...
Melihat diriku bermain salju sambil tertawa tawa...

Enggak ada kebahagiaan yang lebih hebat daripada ini...
Merasakan hati yang tanpa beban, tekanan atau rasa sesak
Begitu nyaman...

Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Ya Allah, inikah pertanda bahwa Kau sayang padaku...

Selasa, 08 April 2008

Give me YOUR Clue


Ya Allah.. berikanlah aku petunjukMu...
Aku hanya ingin berada di tempat yang ENGKAU ridhoi...
Ya Allah.. jangan biarkan aku tersesat dalam kebimbangan yang tidak berujung...
I really need ur help...

Gak jelas...

Gak jelas banget sih rasanya...
Gak jelas banget rasanya...
Hati ini jadi kayak rujak...
Rujak yang enggak jelas rasanya...
Kenapa sih mesti begini?

Selasa, 01 April 2008

The wind is crying...


Pagi ini aku lihat langit
Tapi kemudian aku mendengar angin berdesir-desir...
Menangis... menyayat hati...
Sedih sekali...

Aku mencoba menutup kupingku...
Tapi angin menyelusup melalui jari-jari tanganku...
Dia kembali memaksa aku mendengarnya...
Menangis sedih...
Sedih sekali...

Angin, tangisanmu membuat air mataku jatuh...
Tangisanmu membuat tubuhku rapuh...
Badan ini menggigil meminta ampun...

Angin, jangan bawa kesedihan ke dalam hatiku...
Jangan berikan suara yang menyayat itu...
Aku tidak kuat untuk tidak kembali menangis...

Ya Allah... kalau dunia ini tak mampu membuat airmataku berhenti...
Bawa saja aku ke langit...
Ke dalam pelukanMU...

Minggu, 30 Maret 2008

Pergilah Kesedihan!


Kesedihan itu datang tanpa diundang...
Diusir-usir, dia tetap enggak mau pergi...
Dihalau-halau, dia tetap diam saja....
Dasar bebal!

Hari ini aku kembali mendengar harapan yang hancur...
Harapan yang tiba-tiba berubah jadi remah-remah roti yang tak berarti...
Meski harapan itu bukan harapanku, tapi hatiku ikut hancur...
Meski mimpi itu bukan punyaku, tapi aku ikut menahan tangis...

Kenapa harus ada orang yang melanggar janjinya?
Kenapa harus ada orang yang tega membuat orang lain menangis?
Tahukah mereka kalau menangis itu adalah hal yang menyebalkan?
Tahukah mereka kalau rasa sedih itu enggak mudah untuk disuruh pergi?

Kalau saja kesedihan itu bisa lari hanya dengan satu lemparan sepatu!

Ya, Allah.. lapangkanlah hatiku dari semua urusan yang fana ini...
Aku memasrahkan semua hidupku kepadaMu...
Bawalah aku ke tempat yang KAU ridhoi...

Jumat, 28 Maret 2008

Hari ini?


Hari ini, perasaan gue enggak jelas banget deh rasanya..
Campur aduk gitu..
'duh.. kenapa ya? Kenapa ya?(confused mode on)
badan pun rasanya aneh... Semoga aja gak ada apa-apa..

Senin, 24 Maret 2008

Me and my little castle...


Berada di zona aman memang nyaman...
Enggak punya hutang, menjalani hidup yang udah kita kenal, enggak perlu adaptasi lagi..

Well, umm...
Zona nyaman itu yang bikin gue ngerasa terpenjara sendiri...
Abis gara-gara itu jadi takut ngapa-ngapain...
Satu-satunya hal paling nekat yang pernah gue lakukan cuma travelling ke Malaysia sendirian. That's it...
Udah itu, kembali lagi ke my own bubble.. Berusaha nyaman dengan yang sudah ada...

Padahal aslinya gue ini orang yang penuh mimpi...
Pengen berpergian kesana kemari...
Dengan arah angin sebagai satu-satunya petunjuk...
Seperti Nelly Furtado bilang, "I'm like a bird... I'll only fly away"

But then, this happened...
Setelah capek menangis karena kejadian itu...
Gue seperti dibangunkan dari tidur panjang...
Dari suara-suara yang bilang, "Ayo, Cha... mulai petualanganmu sekarang"

Entah kenapa gue mengikuti suara-suara itu...
Lalu memutuskan mengambil keputusan super nekat...
Membeli Apartemenku sendiri!!

Oh, God.. it feels so good...
I feel so free...

PS : Thank u God.. Please make everything easier for me!
Alhamdulillah....

Minggu, 16 Maret 2008

Aku Melakukannya Hanya Karena Allah....


Sampai saat ini, aku tidak bisa mengerti...
Kenapa kamu tega melakukannya...
Seharusnya aku memanggil kamu : Si Raja Tega...
Seharusnya aku memanggil kamu : Manusia Paling Egois Sedunia...
Seharusnya aku memanggil kamu : Mahluk yang Paling Tidak Berperasaan
Seharusnya aku meminta kamu untuk jangan pernah muncul lagi...

Bagaimana bisa, kamu meminta aku untuk bersikap biasa...
Setelah berulang kali kamu hujamkan pisau itu ke hatiku?
Bagaimana bisa, kamu dengan santainya bercerita tentang hidupmu yang kembali berjalan seperti biasa... padahal saat itu hatiku sedang berdarah hebat?
Bagaimana bisa, kamu bercerita tentang orang itu, di saat aku masih berusaha sembuhkan luka ini?
Bagaimana bisa, kamu bersikap seolah-olah semua yang kamu lakukan itu hanyalah masa lalu?

Masa lalu apa?
Masa lalu ini masih membuat hatiku berdarah...
Masa lalu ini masih membuat aku tersayat-sayat...
Kenapa kamu bisa melanjutkan hidup kamu seolah-olah tidak terjadi apa-apa?

Kamu tahu, bagaimana rasanya?
Tahukah kamu bagaimana rasanya?

Satu-satunya alasan aku mau memaafkan kamu, hanyalah Allah...
Satu-satunya alasan aku mau melakukan itu, hanya karena Allah...
Aku ikhlas melakukannya hanya karena Allah...
Tidak ada alasan selain itu...

Selasa, 11 Maret 2008

तेर्न्गिंग केम्बली...

Hari ini aku bangun pagi-pagi. Aku lari melewati padang rumput, lalu meloncati genangan air yang penuh dengan bayangan pelangi...

Semalam aku bermimpi, aku meloncat tinggi sekali...
Melewati pohon-pohon dan gedung tinggi...
Pergi.. pergi... jangan kembali...
Pergilah yang jauh... Pergilah bersama mimpi...

Dikepalaku terngiang kata-kata : jahat... dia jahat...
Kenapa kata itu lagi yang muncul?

Rabu, 27 Februari 2008

SEINDAHMU....


(Sebuah puisi untuk Ninie Tina Harun Kabier )

Kau bilang kau bahagia
Duduk disofa dan menikmati hidup
Walau dimalam sepi kau sunyi
Kau tetap saja tersenyum

Siapa yang bisa protes,
Ketika semua terasa cukup
dan kamar 5 x 5 seperti dunia..
“Apa yang bisa lebih nikmat dari ini”,
kau bilang
Hidup adalah masalah bagaimana menikmati
Bukan bagaimana menguasai

Dan kau terus belajar..
Menganggap semua mengasyikkan,
Setiap pribadi adalah anugerah..
Membuatku bahkan tak sanggup bercermin

Dan ketika kau terus memukau
dari atas sofa kecil itu
menikmati setiap detik dari hidupmu..
Aku hanya bisa berkata,
“Oh, andai aku seindahmu”

Bukan Kisah Nyata


( a short story by me)

“Bagaimana pak?”
“ Bagaimana apanya?”
“Tulisan saya…”
“Uh, maaf, memangnya Nona pernah mengirimkan apa?”
Yasta mengernyitkan dahinya, “Kemarin.. kemarin saya berikan satu bundel tulisan dalam amplop coklat,” katanya setengah putus asa.
Bapak usia 30-an itu tidak kalah bingungnya, “A.. mplop coklat?” tanyanya ragu, “Kemarin saya menerima banyak sekali amplop coklat.. mana mungkin saya buka satu-satu?”
Yasta menelan ludahnya, tak mampu membayangkan kalimat selanjutnya.
“Bagaimana ya? Maklum aja neng, disini banyak orang mondar-mandir. Mungkin aja nggak sengaja terbawa…” katanya agak tidak enak. “Tapi jangan khawatir neng, besok masih ada kesempatan… lebih baik neng ambil kopiannya dirumah, trus kesini lagi..”

Cewek itu terpaku. Kopian apa? Dia sama sekali tidak membuat back-up dokumennya, dan tulisan itu dia print pakai tinta pinjam dari temannya yang super pelit (well, tidak bisa dibilang teman!), dan uang untuk membeli amplop coklat itu adalah keping terakhirnya. Jadi, tolong ulangi? Kopian apa?
Ruangan itu jadi terasa seperti freezer. Yang menusuk sampai ke ulu hati. Ia ingin pergi, pergi secepatnya. Minta tolong? Mengurung diri? Membantai printernya yang miskin tinta? Apapun asal jangan ditempat ini!!
Tapi ubin-ubin yang angkuh a la mediteranian itu melahap kakinya. Begitu dalam. Membuatnya tak bisa bergerak. Menyedot semua kekuatannya. Lalu tiba-tiba mereka berputar. Berputar-putar terus membuat pusing. Lebih kencang dari gasing manapun. Wajah ibunya tiba-tiba bergabung. Ikut berputar. Tapi dia tak tersenyum. Dia melayang-layang begitu saja. Dengan wajahnya yang kecewa. Lalu ingatannya meluas.
Ada jendela yang terbuka, bahu-bahu yang membelakang, tas ransel besar, jalan aspal yang panjang, Arakan awan, dan suara langkah kaki bercampur isakan tangis.

Kalau saja langit biru adalah kertas besar, dan mataku adalah pena-nya,
Aku akan berdiri disini sambil memandangnya siang dan malam
sampai siang lagi berganti pagi
Tak peduli mata perih tersengat terik dan air mata mengucur hebat
Sampai suatu saat semua orang didunia ini bisa melihat apa yang kupercaya..
Lalu ibuku bisa melihatmu dengan tidak sengaja, dibalik tali-tali jemurannya.
Semua punggung yang membalik akan menghadap, dan walaupun tak tersenyum,
Mereka pasti tahu aku tak berbohong…


Yasta - Seorang penulis cewek yang gagal akhirnya memutuskan untuk memulai tulisan barunya. Sebenarnya agak susah baginya menulis lagi, dia sudah terlalu capek dan putus asa menerima tolakan demi tolakan dari penerbit, production house, atau lainnya. Dia sempat berhenti dari kegiatan ini, sampai akhirnya ia memutuskan untuk untuk menulis kisah tentang dirinya sendiri.
Pertama Yasta benar-benar menulis kisah yang sesungguhnya lebih seperti biografi. Tapi kemudian ditengah perjalanan menulisnya, ia mencoba membaca tulisannya sendiri dan terkejut.

Ia tak menyukai kisah hidupnya. Terlalu monoton, menyedihkan dan membosankan. Lagipula ia tak tega membayangkan bahwa ternyata selama ini ia hanya menyia-nyiakan hidupnya dalam karier dan cinta. Lalu Yasta-pun mulai menulis ulang kisahnya sendiri. Kisah yang menarik dan mendebarkan, sehingga membuat dirinya yang fiksi terlihat perfect dan sukses. Begitu terlarut dirinya menulis kisah itu sehingga membuat cewek itu meragukan; apakah cerita itu hanya fiksi atau nyata. Yasta tidak keluar rumah, ia hanya mengurung diri dalam kamarnya terus menulis sampai lupa makan dan minum. Ia-pun pingsan.

Yasta hidup sendiri dan ia-pun tak pandai sosialisasi sehingga tetangga atau temannya hampir tidak ada. Tak heran, tak ada yang tahu kondisi Yasta yang pingsan itu. Malam itu, Yasta mengalami mimpi aneh yang penuh cahaya putih. Absurd dan tak bisa dijelaskan. Sayup-sayup ia mendengar sesuatu.

You can feel what you cannot feel
You can touch what you cannot touch
You can be what you cannot be
Just touch the white light

Kata-kata itu mengalun membentuk lagu. Terngiang-ngiang dikupingnya. Lagi dan lagi. Berteriak-teriak dalam nada yang tak beraturan. Ingin rasanya ia menghentikan suara itu. Tapi tak bisa. Dia seperti tenggelam dengan tangan terikat. Lalu pelan-pelan nada itu mulai menempel dalam benaknya. Mulutnya ikut bernyanyi dalam irama yang acak. Lupa ia akan tulisan yang hilang itu. Tak ingat lagi berapa air mata yang keluar saat ia tahu tulisannya terkena virus. Melangkah pergi menuju cahaya. Melangkah terlalu jauh.

Jam 5 pagi, Yasta akhirnya sadar oleh kibasan ekor kucing tetangga yang melangkahi dirinya tepat dihidung. Ia-pun bangun seperti tak terjadi apa-apa, tapi ketika ia tak sengaja menemukan bayangannya di cermin besarnya dikamar mandi. Ia terkejut. Itu bukan dirinya! Tubuhnya tak berukuran 170 cm/50 kg, ia tak berambut panjang indah, dan kulitnya tak semulus itu. Bayangan itu begitu menarik, sehingga membuat dirinya meloncat ketakutan.

Hei! Siapa bayangan yang ada didalam sana?
Apakah dirinya telah mati?
Kenapa ia bersikap seolah-olah dia adalah dirinya?
Dia tak mungkin secantik ini! Bahkan apabila ia benar-benar telah menjadi hantu!

Yasta-pun keluar rumah, untuk mendapatkan jawaban itu. Tapi ia belum mati, buktinya tetangganya menyadari kehadirannya, mata mereka melotot - melekat - begitu terpesona menyelidik setiap bagian dirinya, dan tanpa disangka-sangka menyapanya begitu ramah dengan namanya - YASTA (padahal fisiknya jelas berbeda), bahkan mereka mengundangnya kerumah.
“Yasta… ayo ke rumah ibu, ada puding coklat!”
“Neng, dirumah ibu ada banyak buah.. neng bisa bebas mau makan yang mana…’

Yasta tak percaya akan hal ini. Seumur hidup tetangganya tak pernah sudi menegurnya, sekarang ditawari buah? Tapi bukan itu saja. Kejadian-kejadian yang hebat dan spektakuler-pun selanjutnya terjadi berturut-turut. Petugas Bank datang membawa mobil hadiah undian menabung, seorang pria tak dikenal menghampirinya dan memohon agar ia mau menjual naskahnya yang mana saja untuk dibuat film, Para pemilik butik mahal berturut-turut datang dan memohonnya datang ke toko mereka. Mereka mau membayar berapa saja, asal Yasta mau membuat konsep iklan untuk mereka. Wow!

Yasta bahagia. Bahagia sekali. Tapi rasa takut lebih menguasai dirinya. Sepertinya Yasta mengenal kejadian-kejadian itu. Dalam ketakutannya ia segera pulang, dan mendapati bahwa kisah fiksi-nya sekarang telah mengambil alih dunia nyata-nya.
Dengan kata lain, ia benar-benar telah menjelma menjadi sosok yang ditulisnya. Bagaimana ini bisa terjadi? Ia tidak tahu.

Yasta belum juga menemukan jawabannya, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menikmati hidup barunya tanpa banyak tanya.
Ia mengalami banyak hal-hal hebat yang membuatnya merasa begitu berharga.

Suatu ketika, disaat dia sudah merasa begitu nyaman, tiba-tiba saja orang-orang disekelilingnya membeku seperti es. Tidak ada satupun orang yang bergerak di kota itu. Yasta bingung dan panik.

Hidup Yasta yang sekarang berlangsung karena cerita yang ia tulis, dan karena cerita itu belum selesai - maka hidupnya-pun baru sampai situ. Orang-orang disekelilingnya berhenti beraktifitas, dan waktu serasa berhenti sampai cerita itu dilanjutkan. Dengan kata lain, Yasta harus kembali menulis.

Menulis kini, bukanlah hal yang mudah untuknya. Mungkin karena kehidupannya yang sudah terlalu nyaman dan perfect sehingga ia tak tahu apalagi yang harus ia miliki. Namun akhirnya ia berhasil menulis cukup banyak, dan orang-orang disekitarnya hidup normal lagi. Begitu berulang-ulang. Mulai membosankan.

Suatu saat ia benar-benar stuck dan tak bisa berpikir, ia tak tahu lagi apa yang harus ditulisnya. Kehidupan disekitarnya berhenti untuk waktu yang lama. Ia-pun berjalan-jalan dikota mati, dimana manusianya semua membeku seperti es kecuali dirinya. Sesaat ia rindukan kehidupannya yang sunyi seperti dulu, tak ada teman dan siapapun kecuali dirinya. Yasta dengan bebas bisa makan eskrim di Supermarket, tiduran ditengah jalan, menjahili orang-orang yang membeku sampai akhirnya mulai berbuat chaos dan hal-hal yang gila. Tapi rasa sepi itu semakin menghujam dan itu sudah tidak lucu lagi.

Yasta mencoba memancing ide agar ia bisa kembali menulis, tapi Ide itu tak kunjung datang dan ia semakin ketakutan.
Apa yang akan terjadi apabila tulisan itu tak pernah bisa dilanjutkan? Akankah ia terus-menerus terperangkap dalam kesendirian seperti ini? Bahkan ia belum menikah!!
Yasta frustasi, menyesal karena terlalu mencurahkan pikirannya untuk bermain-main dengan dunia khayalnya. Menyesal kenapa ia malah memilih untuk merubah dirinya lewat tulisan daripada kenyataan?

Tiba-tiba Yasta dikejutkan oleh seorang pria tampan. Pria itu bergerak, dan tidak beku. Ia benar-benar berbicara dengannya.
Yasta tak percaya, bagaimana mungkin ini terjadi. Apa ada lagi hal ajaib yang belum diketahuinya? Dalam keterkejutan, keduanya-pun berbicara.

Pria itu bernama FAJAR dan dia adalah seorang penulis juga. Kisah yang dialaminya sama seperti milik Yasta. Dia juga menulis ulang hidupnya, yang ternyata mempunyai alur yang sama dengan cewek itu. Dan kini ia-pun kehabisan ide, terperangkap di kekosongan tanpa tahu bagaimana harus keluar dari situ. Sama seperti Yasta, ia juga tak tahu kenapa hal ajaib ini bisa terjadi. Mereka berdua sangat terkejut sekaligus senang telah menemukan teman senasib di dunia maya yang sepi itu.

Mereka berdua bahu membahu mencari cara untuk keluar dari segala kemelut ini, dan bisa mengembalikan semua hal menjadi normal kembali. Berbagai cara mereka lakukan, termasuk mencoba menghancurkan naskah yang mereka tulis- tapi tak bisa. Naskah itu selalu kembali dan kembali muncul lagi walau mereka sudah mencoba membakarnya, merobeknya, merendamnya di air dsb. Dan satu-satunya jalan keluar adalah melanjutkan cerita itu dengan kisah yang sebenarnya. Kisah hidup mereka (yang gagal itu) sebenar-benarnya.

Tapi itu bukan hal yang mudah. Ternyata ingatan mereka tentang masa lalu, semakin lama semakin luntur. Kehidupan maya yang berhenti untuk waktu cukup lama ini telah menyedot memori mereka tentang dunia asal. Mereka berdua berusaha keras untuk mengingat serpihan-serpihan ingatan (termasuk hal-hal yang menyakitkan) dan merangkainya menjadi satu kesatuan. Yasta dan Fajar menulis berdampingan terus menerus, sampai akhirnya mereka berdua jatuh cinta.

Ketika mereka sudah semakin mengingat diri mereka- dan tulisan yang mereka tulis sudah hampir selesai, tiba-tiba Yasta dan Fajar menjadi ragu.
Akankah mereka berdua akan bertemu didunia yang sebenarnya? Kalau-pun bertemu akankah mereka saling mencintai?
Fisik yang mereka punya sekarang, bukanlah fisik yang sebenarnya.
Yasta mengaku, kalau dia tidak secantik dan semenarik ini. Fajar-pun mengaku begitu. Mereka berdua tak bisa menjamin, apakah mereka pasti masih akan mengingat kejadian ini ketika mereka kembali? Akankah mereka ingat, kebersamaan mereka?

Mereka akhirnya menyerahkan ini semua pada nasib dan menyelesaikan tulisan mereka. Menjelang tengah malam akhirnya tulisan mereka selesai berbarengan. Mereka duduk dibawah bulan, berpegangan tangan, menunggu apa yang akan terjadi.

“Apa yang akan terjadi kalau kita masih disini?”
“Tidak tahu? Mungkin aku akan memeriksa lagi apa semua yang aku tulis sudah benar..”
“Bagaimana kalau memang sudah benar, tapi kita tetap tak bisa kembali..?”
“Sesuatu membawa kita kesini, pasti sesuatu itu pula akan membawa kita pergi…”
Yasta menundukkan kepalanya dalam-dalam dengan risau, “Benar..”
Fajar tertegun, “Kamu kenapa?”
“Aku cuma takut.. kembali pada aku,”
“Maksud kamu?”
“Kayaknya semua sudah terlalu berantakan di sana…”
“Kamu menyesal? Memutuskan untuk kembali?”

Yasta semakin gundah. Kata-kata sepertinya tiba-tiba mendobrak keluar dari mulutnya yang mungil.
“Aku enggak tahu… aku takut mengambil keputusan yang salah. Di sini, aku mungkin bisa terus bahagia, asal saja aku terus menulis tentang bahagia.. sementara aku enggak tahu, apa yang telah dituliskan untuk aku, di dunia nyata?”
“Tapi ini semua palsu…” seru Fajar, “Bukannya kamu ingin kembali..”
Yasta hampir menangis, ia ingin kembali. Ingin sekali. Tapi ia tak tahu perasaan aneh yang kini menyelimuti hatinya, “I.. ya…”
“Kita lahir sebagai manusia, dan menjalani hidup yang penuh misteri… Kamu enggak pernah tahu kapan kamu akan bahagia atau menangis, dan apa yang akan terjadi selanjutnya.. tapi itulah hidup!” potong Fajar.

Yasta memejamkan matanya,
“Kita menunggu dengan jantung yang berdebar, saat-saat dimana kita akan berbahagia.. seperti anak kecil yang menantikan es krim pertamanya.. begitu bergairah!”
Fajar memandang Yasta penuh kasih dan menggengam tangannya.
“Jangan takut apa yang akan terjadi besok, kita berdua pernah kecewa dan melakukan kesalahan. Tapi bukan berarti kita enggak bisa bahagia…”

Yasta memandang kedua tangan mereka.
Fajar benar. Tak ada alasan untuk tidak kembali…
Semua orang mengalami hal yang sama. Tak tahu apa yang akan terjadi hari ini dan besok pagi. Paling tidak ia tidak sendirian. Ia berjanji akan menunggu hidupnya berjalan, penuh pengharapan. Jauh lebih bergairah dari anak kecil yang menantikan es krim pertamanya.

Waktu terus berlalu, dan mereka masih disitu. Sempat mereka khawatir, jangan-jangan ini adalah hukuman yang harus mereka jalani selamanya. Mereka sungguh ingin kembali.
Akhirnya menjelang subuh, keajaiban itu datang. Sebuah sinar putih memancar dan menyambar keseluruh kota dalam sekali sentakan. Mendadak semua menjadi putih. Putih yang begitu syahdu dan menghipnotis.

You can feel what you cannot feel
You can touch what you cannot touch
You can be what you cannot be
Just touch the white light


Genggaman tangan mereka-pun semakin lama semakin tak bervolume. Seperti titik-titik transparan yang siap berpendar dalam udara. Mereka memandang satu sama lain dengan sedih, tapi sebelum ada kata yang terucap. Yasta dan Fajar sudah lenyap dalam kumparan debu.

Yasta bangun, dengan kibasan ekor kucing tetangga yang lewat disamping tubuhnya. Ia berusaha mengingat-ingat lagi apa yang telah terjadi. Tapi kosong, ia tak ingat apapun.

Ia pergi ke kamar mandi, dan menangkap bayangannya dicermin. Tubuh gemuknya masih saja sama, dan rambut keritingnya? Mungkin sudah saatnya diluruskan!

Tiba-tiba telpon berdering. Ibunya yang menelpon. Entah mengapa, tiba-tiba Yasta merasakan rindu yang amat sangat pada keluarganya. Ia menangis habis-habisan, dan Ibunya pun begitu. Ia menyuruh Yasta pulang ke rumah, dan ia berjanji tak akan protes lagi pada profesi penulis yang telah Yasta pilih. Yasta menangis terharu.

Yasta pulang, dan ternyata ibunya memberi tahu bahwa teman-teman lamanya (yang dikiranya membencinya) menelponnya dan mengundangnya ke reuni sekolah. Ia-pun menyadari, ternyata tetangganya sebenarnya adalah orang-orang yang baik. Hidup Yasta jauh berubah.

Suatu ketika, dalam perjalanannya ke Supermarket, Yasta melewati sebuah toko buku besar. Di toko buku itu Yasta melihat sebuah poster besar yang mempromosikan buku baru yang berjudul, “Jangan tanya lagi apa arti hidup?”

Yasta masuk kedalam toko itu. Disitu sedang ada acara diskusi buku itu. Ia dapat melihat seorang pria bertubuh agak gemuk, berkulit kecoklatan, sedang tersenyum manis. Ia dapat membaca namanya dengan jelas di sampul buku itu,
FAJAR SURYA LINTANG. Tiba-tiba saja ia tersenyum. Entah kenapa?

- HABIS -

Musik Pengiring


Aku ada disini untukmu
Aku akan berteriak paling keras dibarisan cheerleaders
Aku akan jadi agen terbaikmu
Juga sales ter-pantang menyerahmu
Dan bila kau bahagia, aku akan turut berbangga

Aku pasti ada disini untukmu
Kau akan lihat betapa gigih aku meniti jembatan itu
Menjadi sekretaris paling giat di muka bumi
Di kala kau bosan, lelah, dan putus asaa
ku akan menghiburmu, sampai kau tertawa

Aku musik pengiring, walau bukan yang terindah

To My God Only...


Tak mengerti aku tuhan
Seperti apa hidupku besok,
Hari ini aku menahan nafas
Dan semua harap yang dipunya

Mamaku menangis,
Jantungnya berdentum
Berteriak ingin merasa nyaman
Tapi pohon masih layu

Kami bersimpuh dalam lorong gelap
Berusaha agar masih bisa menyisakan tawa
Tapi hati terus menyesak
Menyisakan ketidakpastian dan mimpi yang dilarang

Bolehkah kami hidup?
Esok hari, lusa dan hari berikutnya,
Dengan harap dan cinta
Serta kepakan ribuan burung yang mengangkasa?

Katamu, kau akan memberikan cintamu
Pada dia yang berusaha..
Lalu kami-pun menyenandungkan namamu
Menatap keatas berharap dicinta
Kami tahu, kau akan membalasnya

Debu yang Bernyanyi....


Aku terkena panah
Hatiku sakit dan berdarah
Semalam aku memandangmu,
Kalau saja aku punya sayap...

Aku terkena peluru
Mataku hampir keluar
Semalam aku memandangmu,
Kalau saja aku adalah meriam

Aku tertimpuk batu
Mengaduh, meringis, dan menangis
Semalam aku memandangmu
Saat itu jelas sekali
Kemilaumu yang berpendaran

And I am just dust who sing..

Pagi Akan Selalu Datang...


Aku selalu ingat, saat-saat aku jatuh cinta
Saat itu, sang pelukis biru baik hati menebarkan bintang-bintang yang bersinar

Aku tak pernah lupa, suara indah dari surga yang aku dengar ketika aku jatuh cinta
Melayang.. melayang.. terbang.. hmm..

Aku tak mungkin membenci, saat-saat aku jatuh cinta
Aku selalu meresapinya, dengan mata yang terpejam

Andai dunia selalu seindah ini,
aku akan terus memilih untuk menetap
Andai dunia selalu seperti ini, hmm..

Selalu beberapa detik setelah ini, air mataku akan jatuh, hatiku mengosong dan semua lenyap
Aku tahu, ini saatku untuk bangun.

Hei, Pagi akan selalu datang